Lihat ke Halaman Asli

Rizky Hadi

Anak manusia yang biasa saja.

#2 Gunung Kelud: Melintang Gemintang Di Langit Malam

Diperbarui: 4 Maret 2022   08:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Tuhan telah menciptakan kecewa untuk merasakan bahagia, patah untuk kembali tumbuh, hancur supaya bangkit dengan kuat. Hal indah baru bisa dinikmati setelah perjalanan melawan lelah. Karena pada dasarnya Tuhan telah menjamin makhluknya bahagia dan manusia tinggal mensyukurinya.

***

Kali ini trek kami menghadapi trek yang semakin menanjak. Sebagai bantuan, kami harus berpegangan akar-akar pohon yang besar untuk membantu naik. Hingga pada satu kejadian, Ahmad yang berada di depan saya terpeleset ketika hendak berjalan naik. Dia berteriak. Kami semua tertuju pada Ahmad. Dia terjatuh, mengeram.

"Gimana? Enggak apa-apa?" tanya Rosyad.

Ahmad mengacungkan jempol. Tidak apa-apa. Hanya terpeleset biasa. Sepatunya licin. Hal yang wajar karena jalur yang basah terguyur hujan. Di beberapa kesempatan, saya pun hampir terpeleset. Untungnya, saya masih bisa menjaga keseimbangan tubuh.

Saya mengembuskan napas panjang. Ternyata ini rasanya naik gunung. Ketika saya hanya menonton pendakian di Youtube, saya hanya terfokus pada keindahan di puncak saja. Ternyata kita harus melewati rintang sebelum hal indah datang. Semoga kaki ini kuat.

Kami berjalan kembali. Tidak ada halangan berarti selanjutnya. Kami tiba di pos tiga. Di sana kami mengambil break sebentar. Mengatur napas.

"Besok kalau turun, dari gerbang pendakian ke basecamp, aku naik ojek ajalah," ujar Agung. Dia beberapa kali terlihat ngos-ngosan.

"Enggak seperti biasanya kau begini," timpal Rosyad.

"Sudah 27 kali kau bicara seperti itu," canda Ahmad. Kami tertawa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline