Lihat ke Halaman Asli

Rizky Hadi

Anak manusia yang biasa saja.

Cerpen | Suran

Diperbarui: 28 Februari 2021   09:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

olah pribadi

Selepas magrib, para lelaki dan pemuda Dusun Kecreng berduyun-duyun datang ke salah satu perempatan di dusun. Mereka mengenakan sarung rapi dan berkopiah takzim. Tak lupa membawa takir (berkat dalam bahasa Jawa, yang terbuat dari daun pisang) lantas dikumpulkan menjadi satu. Beberapa anak sudah duduk sesaat setelah tikar digelar.

Para Banser dusun sudah menutup empat akses jalan yang melewati perempatan tersebut. Robi, pemuda yang menjabat ketua Banser dusun, sesekali memberi arahan. Salah seorang pengendara yang heran mengapa jalan ditutup, melemparkan pertanyaan.

"Sedang ada acara suran, Pak. Ini kan malam satu Sura," jawab Robi.

Pengendara tersebut mengangguk, berputar arah.

Semakin lama, perempatan sudah dipenuhi orang. Mereka sejenak saling bertukar pembicaraan: tentang pekerjaan, hama tikus yang menyerang tumbuhan, hingga harga pupuk yang semakin melambung. Asap rokok mengepul bercampur dengan tawa para warga yang sesekali bergurau.

Acara dimulai. Tetua dusun memimpin prosesi acara. Tak seperti kenduri yang memakan waktu lantaran diisi pembacaan surah Yasin dan tahlil, suran cenderung lebih singkat. Tetua dusun hanya melafalkan kalimat dalam bahasa Jawa yang berisi permohonan kesehatan, rezeki, dan keselamatan kepada Tuhan, Sang Pencipta Alam. Kemudian ditutup dengan doa. Tak sampai setengah jam, rangkaian acara selesai.

Takir yang dikumpulkan tadi, kini dibagikan kepada para hadirin. Mata anak-anak berbinar, inilah acara yang paling mereka nantikan. Saling menunggu cemas, berdoa dalam hati semoga mendapat lauk yang enak. Beberapa anak menunjukkan muka datar setelah melihat takir yang didapatkan berisi lauk telur. Beberapa yang lain tertawa lantaran doanya terkabul, ayam tersaji dalam takir yang diperolehnya.

Kala para warga sibuk menikmati sesuap demi sesuap takir, anak kecil saling mengejek temannya, saat itulah semua orang yang ada di perempatan tersebut dikagetkan oleh suara yang keras. Suara seperti dua objek yang saling beradu.

Robi langsung berlari ke sumber suara, yang diketahui berasal dari pertigaan yang tak jauh dari kerumunan warga. Enam, tujuh, sebelas warga lain membuntuti. Wajah-wajah datar, beberapa terlihat tegang.

***

Tiga jam sebelumnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline