Lihat ke Halaman Asli

Rizky Febriana

TERVERIFIKASI

Analyst

"Habibie" Baru di Tengah Industri Pertahanan Nasional

Diperbarui: 5 Januari 2020   07:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BPPT luncurkan Prototype PUNA MALE Elang Hitam (Foto: BPPT)

Kita telah kehilangan Pak Habibie - Bapak Teknologi Indonesia untuk selama-lamanya. Tetapi kita nggak akan pernah kehilangan "Habibie-Habibie" baru karena sesungguhnya mereka ada di sekitar kita di Indonesia.

Mungkin kita tidak menyadarinya, dalam gelaran kompetisi robotik tingkat dunia 2019 Trinity College Fire Fighting Home Robot Contest di Amerika Serikat (AS) pada 13-15 April 2019, Indonesia keluar sebagai juara pertama.

Robot pemadam api mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang ("UMM") yang ikut dilombakan tersebut bahkan mengalahkan perwakilan dari negara-negara seperti Tiongkok, Israel dan Amerika Serikat. Sedikit bukti kalau anak Indonesia itu memang seperti Habibie, meski dalam bidang yang berbeda.

Bukan tahun ini saja, di tahun-tahun sebelumnya, di tempat yang sama, Indonesia juga menyabet juara pada 2018, 2017, 2016, dan 2015.

Selain itu, pada tahun 2019 di bulan yang berbeda, pada 17-23 Juni, di ajang yang berbeda, Autonomous Marine Vehicle Team Universitas Indonesia (AMV UI) menjadi juara 3 dunia pada Kompetisi Robot kapal Internasional bertajuk "12th AUVSI Roboboat International" yang diselenggarakan di Florida Amerika Serikat.

Sebuah gelaran yang mempertandingkan karya inovasi mahasiswa terkait Autonomous Surface Vehicle (ASV) berupa robot kapal atau juga dikenal sebagai kapal tanpa awak yang mampu bergerak otomatis tanpa campur tangan manusia untuk patroli teritorial lautan yang sulit dimonitor oleh pemerintah.

Masih di tahun 2019, selang beberapa bulan berikutnya, di ajang yang berbeda, mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam Tim Bayucaraka Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bahkan sukses menjadi juara dunia kategori fixed wing pada ajang Tbitak International Unmanned Aerial Vehicle (UAV) di Turki pada 16 s.d 20 September 2019.

Dua tantangan berhasil dilewati dengan sangat baik. Pertama, pesawat tanpa awak tersebut wajib melakukan manuver membentuk angka delapan ketika terbang. Kedua, setiap pesawat ditantang untuk menjatuhkan suatu barang dari udara pada daerah yang telah ditentukan.

Rasanya kok setiap tahun selalu saja ada putera-puteri Indonesia yang menjadi juara pada level dunia. Sebuah tanda bahwa kampus-kampus dalam negeri bisa melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang unggul dan bisa bersaingan dengan negara-negara maju.

Namun memang yang menjadi tantangan adalah belum optimalnya riset, keberlanjutan pengembangan dan pemanfaatan karya-karya anak bangsa untuk kepentingan dalam negeri.

Bayangan gue, bukankah sesungguhnya karya-karya inovasi robot atau alat para juara dunia asli Indonesia bisa dikembangkan untuk industri pertahanan nasional?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline