Lihat ke Halaman Asli

Rizky Febriana

TERVERIFIKASI

Analyst

Simpang Jomin dan Tol Cipali

Diperbarui: 12 Agustus 2015   05:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Live CCTV Simpang Jomin (RTMC Kementerian Perhubungan)"][/caption]

Bagi kita yang sering mudik melalui Pantura pasti mengenal Simpang Jomin Cikampek Karawang Jawa Barat. Bagi pemudik Simpang Jomin sudah terkenal sebagai “momok” dan titik start kemacetan setelah keluar dari Tol Cikampek bagi pengendara roda empat atau lebih, dan juga titik awal kemacetan bagi pengendara motor yang keluar dari Kota Karawang. Tidak hanya disaat mudik, disaat libur panjang atau akhir pekan misalnya, Simpang Jomin sudah semacam menjadi “legenda” kemacetan bagi para pengendara yang melalui jalur Pantura.

Untuk menggambarkan “dahsyatnya” Simpang Jomin ini, kita bisa menggunakan fasilitas Road Transport and Traffic Management Center (RTMC) yang dimiliki oleh Kementerian Perhubungan. Dari situ kita bisa melihat CCTV yang menampilkan gambar live streaming kondisi lalu lintas di lokasi yang terus diupdate. Bisa dibayangkan bagaimana simpang “hectic”-nya Simpang Jomin bahkan ketika saat ini sudah lewat masa-masa mudik?   

Untuk itulah, namanya begitu abadi, selalu ada di peta jalur mudik yang dirilis oleh Polri, Polda Jabar ataupun Kementerian Perhubungan. Nama yang selalu disarankan untuk dihindari. Dalam peta jalur alternatif mudik yang dirilis, para pengguna jalan diminta untuk menggunakan jalur alternatif yang lain. Kalau dulu, selepas keluar Tol Cikampek, biasanya pengemudi sudah dialihkan ke kanan untuk menuju Kalijati atau melalui Wanayasa menuju Jalan Cagak Subang. Bahkan kalau dulu, karena macetnya bahkan sudah terjadi sebelum pintu tol keluar Cikampek, sudah mulai dialihkan dengan exit di tol Karawang Timur.

[caption caption="Jalur Arus Mudik 2014 (Polda Jabar)"]

[/caption]

Menuju jalur alternatif bagi pemudik bukan perkara mudah, karena jalan yang dilalui relatif lebih kecil dibandingkan Pantura, apalagi bagi pengendara yang belum hafal betul jalannya maka sedikit menguras tenaga untuk sering-sering bertanya karena banyaknya jalan tikus yang relatif berkelok-kelok. Tidak hanya itu, jalur alternatif pun juga sering macet dan lebih sepi.

Namun berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini dengan dibangunnya Tol Cipali sejak era Presiden SBY dan diresmikan oleh Presiden Jokowi, peta permudikan berubah, Simpang Jomin yang dulu menjadi jalur utama kini menjadi jalur alternatif. Kini Tol Cipali-lah yang menjadi jalur utama bagi pengendara yang ingin menuju kota-kota yang ada di wilayah Timur Jakarta via jalur darat. Seperti dilansir berbagai media, PT Lintas Marga Sedaya yang merupakan operator Tol Cipali mengaku selama arus mudik tahun ini lebih dari 1 juta volume kendaraan yang melalui Tol Cipali.

Menurut penulis ini wajar, karena dibukanya Tol Cipali memang disambut baik para penggunanya seperti reportase penulis yang berjudul Terimakasih Tol Cipali, karena mampu memperpendek jarak dari daerah asal ke daerah tujuan. Untuk men-challange hasil reportase penulis, kita bisa lakukan simulasi sederhana dengan menggunakan google maps, sebuah aplikasi yang relatif dapat dipercaya karena akurasinya mendekati sempurna.

[caption caption="Jakarta-Cirebon via Cipali dan Pantura (Simulasi Google Maps)"]

[/caption]

Simulasi di www.google.co.id/maps kita klik directions, lalu masukan starting point kita dari mana, penulis masukan saja dari Terminal Rawamangun ya. Lalu kita pilih destinasi kita mau kemana, kita asumsikan kita ke tempat beli oleh-oleh batik di Cirebon ya di Jalan Trusmi, Plered, Cirebon. Alhasil melalui Tol Cipali dengan arus lalu lintas normal, diprediksi membutuhkan waktu sekitar 3 jam 12 menit. Lalu bagaimana Jakarta Cirebon lewat pantura? Dengan asumsi yang sama, dengan menggunakan google maps juga, diprediksi kurang lebih bisa 4 hingga 5 jam. Inilah yang menggembirakan dari dibukanya Tol Cipali. []       

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline