Lihat ke Halaman Asli

Rizky Febriana

TERVERIFIKASI

Analyst

Pekerja Lokal di Migas Asing

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14290862371384088901

[caption id="attachment_410205" align="alignnone" width="968" caption="SCM Summit 2015 (dokpri)"][/caption]

Tidak hanya pekerja nasional yang selalu mendapatkan ruang di perusahaan migas asing yang beroperasi di Indonesia. Bahkan sudah sejak lama, perusahaan-perusahaan migas asing mempekerjakan pekerja lokal dimana mereka beroperasi. Seperti yang diungkapkan oleh Dharmawan Samsu Head of Country BP Indonesia disela-sela SCM Summit 2015. "BP Indonesia hingga 2029 berkomitmen mempekerjakan 85% pekerja asli Papua di Blok Tangguh yang kami kelola," ujarnya.

Seperti yang diketahui, BP Indonesia sendiri hingga 2014 sudah mempekerjakan 1.348 atau sekitat 51,7% trnaga kerja lokal asal Papua. Hal yang sama juga dilakukan oleh ExxonMobil di Banyu Urip. Dalam rilis resminya, proyek pengembangan lapangan minyak Banyu Urip telah terus meningkatkan kesempatan kerja dan usaha yang tersedia bagi pekerja lokal. Hingga saat ini, terdapat sekitar 17 ribu kesempatan kerja yang telah diisi oleh tenaga kerja lokal dan 460 peluang usaha yang ditujukan bagi pengusaha lokal untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan proyek.

Dikesempatan yang berbeda, Chevron juga menerapkan pola rekruitmen serupa untuk mengutamakan pekerja lokal melalui program Local Business Development yang diluncurkan sejak tahun 2001. Jika di 2001 jumlah rekanan Chevron baru sekitar 128 rekanan, jumlah rekanan Chevron terus meningkat menjadi 1.020 rekanan lokal dengan lebih dari 5000 proyek dan 45 jam kerja tanpa kecelakaan. Atas kepeduliannya, melalui kementerian ESDM menganugerahkan Padma Award kepada Chevron atas kepeduliannya dan komitmennya untuk terus meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal.

Untuk terus meningkatkan peran masyarakat lokal, Chevron juga sudah membangun sekolah-sekolah disekitar wilayah operasi yang cukup terisolasi pada awalnya seperti di Sungai Rangau, Pauh-Libo, Pematang Pudu, Just, Petani dan Minas Barat di Riau. Sementara di Riau pulalah Chevron bekerjasama dengan pemerintah provinsi Riau dalam membangun Politeknik Caltex Riau (PCR) pada tahun 2001. Sejak pertama kali berdiri, Chevron mengklaim sudah meluluskan lebih dari 1.600 alumni. Secara umum, 97% pekerja di Chevron adalah tenaga kerja nasional asli Indonesia.

[caption id="attachment_410209" align="alignnone" width="1040" caption="SCM Summit 2015 (dokpri)"]

14290867961250843069

[/caption]

Begitu juga dengan perusahaan migas asal Jepang, Inpex. Inpex yang rencananya berada pada wilayah operasi di Samlauki, Maluku Tenggara Barat memiliki program social investment. Meski belum mulai beroperasi, komitmen Inpex untuk melibatkan masyarakat lokal sudah terlihat dari informasi booklet yang ada di SCM Summit 2015 salah satunya melalui Inpex Scholarship Program. Sejauh ini, Inpex Scholarship memiliki 2 program yakni academic scholarship dan research based scholarship yang bekerjasama dengan Universitas Patimura di Ambon dan beberapa pergururan tinggi di bawah Yayasan Pendidikan Tinggi Rumpun Lelemuku Saumlaki Maluku Tenggara Barat seperti STIAS, STIESA dan STKIPS dan sudah lebih dari 160 mahasiswa yang diberikan beasiswa. Harapannya, program ini bisa mendukung Inpex Abadi Project. Hal yang sama jugs dilakukan oleh Eni. Perusahaan Migas asal Italia ini meski belum beroperasi baru masuk tahap eksplorasi seperti di Papua dan Kalimantan sudah mempekerjakan tenaga kerja lokal dan akan terus komitmen untuk ditingkatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline