"Ron, Kamu besok diminta pindah ke divisi lain! Saya sudah teken SKnya" Ujar Dirut membuka pembicaraan ke Ayatullah Asfaroni, unit head yang tak lain adalah atasanku. Saya juga dengar perbincangan mereka karena kebetulan meja Saya dan Pak Roni berdekatan. Nggak cuman berdekatan, luas meja sama, luas ruangan sama, komputer sama, nyaris g ada yang berbeda kecuali gaji dan jabatan. Haha...
Sore itu Pak Roni terlihat sangat terkejut. Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba diminta membantu divisi business advisory, sebuah divisi prestisius dikantor. Di divisi inilah Perusahaan-perusahaan Plat Merah yang dhuafa (istilah Dahlan Iskan) harus diselamatkan. Saya sebagai bawahannya melihat Pak Roni sangat pantas berada didivisi itu, basic keilmuannya sangat menunjang, S1 Ilmu Ekonomi UI, S2 Finance MM UI. Track recordnya juga jelas, pernah di Bank Mandiri dan Bank Indonesia. Meski besar di bagian R&D Pak Roni sudah sering time up ke banyak tim kerja, termasuk dengan divisi business advisory.
Sore itu, Pak Roni berujar ke Saya, staf satu-satunya. "Kita harus siap ditempatkan dimanapun!" Benar juga pikirku, selama bekerja dengan orang lain maka Kita harus menjadi bawahan yang baik. Perusahaan tidak sedang mencari pimpinan tapi mencari pegawai. Saya jadi ingat ucapan teman tentang tes psikotes sebagai salah satu tahapan seleksi kerja dimanapun. Di psikotes jangan menjawab pertanyaan dengan memposisikan Kita sebagai atasan, karena mereka hanya mencari bawahan.
Tapi Pak Roni yang lulusan UI berpesan juga kepadaku, kalo atasan salah jangan bawahan ikutan salah. Harus berani berpendapat kepada atasan. Atasan juga butuh tantangan. Tapi tetap proporsional, apalagi anak riset ngomong harus bawa data. Pikirku berat juga nih, pesan yang ini bagaimana tidak asal bapak senang. Soalnya aku adalah alumni UGM, yang kebanyakan samina waatona, Kami dengar dan Kami taat, kepada atasan. Pokoknya ngikut aja kata atasan. Ada plus minusnya sih, plusnya anak UGM jadi banyak disenengi sebagai bawahan karena sikap nerimo opo odonyo. Hehe... Termasuk kenapa perusahaan akhirnya memilih Saya adalah karena Saya menerima gaji apa adanya. Fyi, Saya dulu waktu seleksi berada di bawah seorang cewek lulusan UI yang juga Korea. Doi yang ditawarin dulu, tapi karena ratenya ketinggian akhirnya cadangan yang gantiin... :D
Pak Roni juga terlihat sangat sederhana untuk ukuran seorang unit head. Sering banget hampir selalu bawa bekal dari rumah untuk makan siang. Bukan ngirit lah, doi gajinya gede, istrinya di Bank Indonesia. Karena sudah kebiasaan aja bawa masakan dari rumah, gak jarang bawa makanan kemarin yang diangetin lagi. Kalo sering berbagi makanan itu pasti gak usah ditanya :D Gadget aja standar, BB fasilitas kantor, hapenya sendiri Polytron. Baru-baru ini aja pake Samsung karena BB dan polytronnya rusak, itu juga dibeliin istrinya karena temen istrinya jualan bisa cicil 6 bulan tanpa bunga
Unit head yang satu ini juga sebagai motivator. Nggak pernah segan dalam berbagi ilmu. Ada transfer knowledge dari pertama kali masuk ada coaching clinic bagaimana meriset dan bagaimana seharusnya seorang analyst. Diajarin dikasih contoh bentuk excel tentang akuntansi, FS dan financial modeling. Saya kira anak UI itu pelit, ternyata Saya salah. Dipinjemin buku, dikasih e book, link youtube supaya bisa belajar. Suruh ikut training, "dah ikut aja dibayarin kantor ini". Diizinkan dengan mudah untuk time up di tim kerja divisi lain, divisi investasi.
Meski hanya berdua dengannya, Pak Roni selalu bilang Kita harus cerdas, harus punya inisiatif tinggi, imajinasi luas, koleksi data yang rapih ditengah low cost research apalagi Pekerjaan berat karena harus menganalisis banyak industri dari pariwisata, properti (apartemen, landed house, condotel, strata tittle, perkantoran), industri penerbangan (perintis, ground handling dll), industri tekstil, industri konstruksi, kertas, shore base dll.
Dan yang paling Saya ingat adalah sejak masuk sampe sekarang dah ampir 2 tahun, gak pernah tuh ditahan-tahan kalo waktunya pulang. Semua orang tahu kalo Saya selalu pulang Teng Go mendahului unit head Saya. Hahaha...
Terakhir, selamat bekerja Bos.. kerja..kerja..kerja..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H