[caption id="attachment_393902" align="alignnone" width="610" caption="Laporan Keuangan PSSI (pssi.org)"][/caption]
Bukan PSSI namanya kalau tanpa sensasi. Kali ini karena laporan keuangannya (unaudited) tahun 2014 yang banyak dipertanyakan banyak pihak terutama dari para pecinta sepakbola Indonesia. Wajar publik bertanya, sebab selama ini sepakbola Indonesia minim prestasi. Disamping itu, masyarakat sepakbola begitu bosan dengan drama perebutan kekuasaan di PSSI yang pada akhirnya selalu melahirkan dualisme timnas, liga dan kepengurusan.
Dilaporan keuangannya tahun 2014 (inhouse/unaudited), ada beberapa yang dipertanyakan. Pertama, pendapatan PSSI dari sponsor PT.Surya Cipta Televisi. Pertanyaannya, apakah PT.Surya Cipta Televisi yang dimaksud adalah SCTV (lihat halaman 43)? Jika iya, bukankah nama yang benar seperti dimuat di website resmi perusahaan adalah PT. Surya Citra Televisi bukan PT. Surya Cipta Televisi? Baik, pertanyaan ini memang bukan hal yang material dalam laporan keuangan, hanya typo yang ternyata juga terjadi di laporan 2013 (audited) dalam dokumen yang sama.
Kedua, meski laporan keuangannya sangat detail yang mencakup akun per akun namun masih ada pertanyaan seputar apakah benar akun beban kebersihan selama tahun 2014 hanya Rp75 ribu (hal. 45)? Ini menjadi temuan yang sangat tidak wajar dan perlu diklarifikasi, beban kebersihan hanya Rp75 ribu per tahun mengingat beban yang sama di tahun 2013 malah mencapai Rp105,6 juta.
[caption id="attachment_393903" align="alignnone" width="700" caption="Laporan keuangan PSSI (pssi.org)"]
[/caption]
Ketiga, beban biaya internet yang hanya muncul di tahun 2014 (Hal.45). Beban biaya internet di tahun 2014 mencapai Rp139,67 juta sementara di laporan keuangan tahun sebelumnya yang bahkan sudah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Joachim Poltak Lian Michell & Rekan tidak ada anggaran internet alias nihil. Apakah di 2013, PSSI tidak mengeluarkan biaya untuk internet atau bagaimana? Jika tidak ada di 2013, mungkinkah PSSI sama sekali tidak ada akses internet dikantornya, lalu bagaimana mengaktifkan dan merawat website PSSI yang Copyright © 2013, All Rights Reserved? Ataukah biaya internet masuk ke biaya lain-lain?
Keempat, tidak adanya nilai amortisasi dan depresiasi di laporan keuangan tahun 2014 (hal 45). Amortisasi dan depresiasi adalah sama-sama penyusutan atau pengurangan. Bedanya amortisisasi terhadap aktiva (harta) gak berwujudnya PSSI, sementara depresiasi adalah pengurangan/penyusutan aktiva (harta) tetap PSSI. Tentu sangat menjadi pertanyaan, kenapa tidak ada nilai amortisasi dan depresiasi di 2014? Sementara jika kita merujuk ke laporan tahun 2013 yang sudah diaudit, angka amortisasi di 2013 sebesar Rp262 juta-an, sementara depresiasi mencapai Rp142 juta-an. Pertanyaan semakin rumit apabila kita kembali bertanya kenapa tidak ada depresiasi di 2014 sementara aset tetap PSSI bertambah dari Rp1,018 miliar menjadi Rp1,078 miliar (hal. 38)?
[caption id="attachment_393904" align="alignnone" width="700" caption="Laporan keuangan PSSI (pssi.org)"]
[/caption]
Kelima, jika kita perhatikan beban pengembangan operasi (hal. 40) PSSI, kita akan menemukan total biaya pengembangan operasi yang meliputi kegiatan sepakbola usia muda, kegiatan sepakbola wanita, kegiatan pelatihan dan kursus, kegiatan di bidang perwasitan, futsal dan sepakbola pantai, renovasi kantor dan lainnya menghabiskan biaya sekitar Rp8,8 miliar-an. Bukan besar atau kecilnya biaya yang menjadi pertanyaan. Pertanyaanya adalah, kenapa di laporan PSSI tahun 2013, biaya-biaya itu tidak ada? Apakah memang di tahun 2013, tidak ada kegiatan sepakbola usia muda dan kegiatan PSSI lainnya atau apa penjelasannya?
[caption id="attachment_393905" align="alignnone" width="700" caption="Laporan keuangan (pssi.org)"]
[/caption]
Atau coba kita lihat, di 2014 tercantum biaya renovasi kantor Rp639 juta-an (hal 40), tapi kenapa di halaman 14 renovasi kantor dicantumkan sebesar Rp851 juta? Di halaman 40, untuk tahun 2013 juga tidak tercantum biaya renovasi kantor, namun di halaman 14 mencantumkan biaya renovasi kantor tahun 2013 sebesar Rp760 juta?
Sebenarnya masih banyak pertanyaan lainnya seperti beban gaji PSSI yang cukup besar. Pertanyaannya berapakah karyawan PSSI? Apakah laporan tersebut adalah laporan konsolidasi seluruh asprov PSSI seluruh Indonesia atau hanya laporan induk alias PSSI pusat? Kalau banyak pertanyaan, sebaiknya PSSI jangan marah dan menganggap yang bertanya sok pintar. Justru orang yang bertanya itu adalah orang yang belum tahu, bukan orang pintar. Kalau dia tahu dan juga pintar pasti jadi pengurus PSSI.
Namanya juga pertanyaan, boleh dijawab boleh juga tidak. Meski masih banyak pertanyaan, langkah Persatuaan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) mengunggah laporan keuangan di website resminya www.pssi.org sangat patut diapresiasi. Meskipun entah apakah langkah ini ada kaitannya dengan keputusan Komisi Informasi Pusat (KIP) atau bukan, penulis kurang paham. Yang pasti memang sebelumnya, KIP melalui keputusan nomor: 199/VI/KIP-PS-A/2014 memerintahkan agar PSSI membuka informasinya ke publik.
Kita tunggu saja laporan keuangan PSSI yang sudah diaudit nanti. Salam olahraga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H