Lihat ke Halaman Asli

#kubukabukuku Timang-timang Guru: Kisah Usaha Guru Melawan Hegemoni Negara

Diperbarui: 12 Juni 2022   09:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Setiap tanggal 25 November, masyarakat Indonesia memperingati hari besar nasional; Hari Guru Nasional. Seperti biasanya, linimasa sosial media akan dipenuhi dengan unggahan-unggahan apresiasi terhadap guru-guru yang telah mendidik kita. Namun pada tahun 2020, ada unggahan yang menarik perhatianku; temanku, Irzandy Maulana, menerbitkan buku pertamanya yang ia beri judul Timang-timang Guru. Buku ini disambut antusiasme teman-teman Irzandy, tak terkecuali diriku.

Kendati saat itu aku juga antusias, namun sejujurnya aku baru memiliki bukunya pada 2021. Hal ini disebabkan oleh satu dan lain hal sehingga aku baru bisa memiliki buku itu hampir setahun setelah buku itu terbit. 

Singkat cerita, kami memutuskan untuk bertemu dan pada pertemuan kami di sebuah kafe di bilangan Jakarta Selatan, sambil berbincang-bincang mengenai banyak hal, kami melakukan transaksi pembelian novel saat itu juga; aku pun pulang membawa buku yang ditulis oleh seorang teman, seseorang yang memang sangat menaruh perhatian terhadap isu-isu kependidikan dan keguruan.

Menjadi bagian dari rak bukuku pada 2021, tibalah waktu bagiku untuk membaca Timang-timang Guru. Lamanya buku ini baru kubaca sebab masih banyaknya buku-buku di daftar 'Yang Akan Dibaca' atau 'To Be Read'-ku, sehingga buku ini barulah kubaca pada Juni 2022.

Timang-timang Guru adalah sebuah novel dengan tebal kurang lebih 150 halaman yang menceritakan perjuangan guru muda bernama Fatih demi kesejahteraan dan keluar dari hegemoni. Bukan hanya demi dirinya saja, melainkan juga demi guru-guru lain. 

Dengan alur cerita yang dinamis serta transisi alur yang cenderung halus, pembaca diajak untuk merasakan dan mencermati problematika yang terjadi di dunia kependidikan serta keguruan; seperti pengaruh-pengaruh 'feodal' yang masih melekat pada kepengajaran banyak guru, kesejahteraan guru, kebebasan dan perlindungan dalam mengajar, serta kungkungan untuk harus terlibat dukung-mendukung dalam kontestasi politik yang masih terjadi hingga saat ini.

Prinsp Feodalistik Dalam Dunia Kepengajaran

Meksi dunia kependidikan sudah modern dan dalam kampanyenya sering mengedepankan keterbukaan, namun masih ada saja praktik, yang menurut Irzandy, bersifat feodal. 

Feodalistik ini ia ceritakan melalui kisah Fatih, murid yang kritis dan vokal, semasa duduk di bangku sekolah menengah atas.

Feodalistik yang dialami Fatih terjadi ketika salah seorang guru sosiologi semasa ia SMA, Pak Ahmad, menjelaskan materi mengenai salah satu founding fathers sosiologi, Karl Marx. Sebagai sebuah sosok dan paham, Karl Marx memang lebih sering dipahami sebagai sebuah musuh ketimbang pemikir besar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline