Lihat ke Halaman Asli

Homo Religiosus Paleolitikum

Diperbarui: 15 April 2020   17:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

caribaea.org

Sebagai Homo Religiousus, manusia telah lama sekali melakukan ritus-ritus sakral sejak ribuan tahun silam. Pada saat Zaman Paleolitikum, saat itu merupakan zaman agama kuno yang didasarkan pada apa yang dinamakan filsafat perenial karena ia hadir dalam berbagai bentuk dalam begitu banyak budaya pramodern.

Filsafat perenial adalah filsafat yang melihat setiap orang, objek, atau pengalaman sebagai replika dari sebuah realitas di dunia sakral yang lebih efektif dan tangguh dibanding dunia kita. Hal ini dapat dilihat dari terdapatnya goa yang telah 'didekorasi' oleh leluhur kita sedemikian rupa dalam bentuk ukiran yang menceritakan pengalaman berburu dan fenomena spiritual yang dialami maupun mitos masyarakat purba pada saat itu. 

Ukiran yang digambarkan dalam pengalaman berburu tersebut, diukir dalam bentuknya yang aneh seperti makhluk hibrida; pencampuran antara binatang dan manusia, dan terdapatnya tulang-belulang yang ditaruh sebagai bentuk pengenangan simbolis terhadap binatang buruan mereka, yang menggambarkan terdapat dunia di luar dunia mereka, yang melampaui realitas mereka dan bernilai sakral.

Pada zaman ini, shamanisme berkembang di Afrika dan Eropa dan menyebar ke Siberia dan kemudian ke Amerika serta Australia, di mana tempat shaman masih merupakan praktisi religius utama di kalangan masyarakat-pemburu pribumi. 

Pada umumnya, dalam periode ini, Shaman sendiri digambarkan melalui Crypt, salah satu goa Lascaux yang letaknya lebih jauh daripada goa-goa bawah tanah, dengan ilustrasi ukiran ada seekor bison besar yang isi perutnya telah terburai oleh tombak yang menikam melalui punggungnya. 

Tergeletak di hadapan binatang itu ada seorang lelaki yang digambarkan lebih  elementer daripada binatang itu, dengan tangan terbentang, lingga memegang dan memakai apa yang kelihatan seperti topeng burung; tongkatnya, yang terletak di atas tanah di dekatnya, juga dihiasi ujungnya dengan kepala burung. 

Ilustrasi adegan yang sama juga muncul pada ukiran di atas tanduk Villars yang tak jauh dari sana dan pada ukiran balok di tempat berlindung bawah tebing di Le Roc de Sers dekat Limoges, lima ribu tahun lebih tua daripada lukisan Lascaux. Ditemukan pula lima puluh lima gambar serupa dalam goa-goa lainnya, dan tiga lukisan batu Paleolitik telah ditemukan di Afrika. Dari ilustrasi tersebut nampaknya dapat kita lihat bahwa visi seorang shaman memberikan makna pada perburuan dan pembunuhan binatang yang menjadi topangan hidup masyarakat.

Para pemburu di masa ini merasa sangat tidak tenang dalam menyembelih binatang yang merupakan teman dan pelindung mereka, dan untuk meredakan kegelisahan mereka, mereka mengelilingi buruan mereka dengan berbagai tabu dan larangan. 

Mereka percaya bahwa dahulu kala binatang-binatang membuat sebuah perjanjian dengan manusia, dan dewa yang sekarang dikenal sebagai Penguasa Hewan secara rutin mengirimkan ternak dari dunia yang lebih rendah untuk dibunuh di dataran perburuan, karena para pemburu itu berjanji untuk melaksanakan upacara-upacara yang akan memberikan kehidupan setelah mati. 

Para pemburu pun sering menahan diri dari seks sebelum ekspedisi, memburu dalam keadaan suci secara ritual, dan merasakan empati yang sangat mendalam dengan mangsanya.

Para pemburu zaman Paleolitik mungkin memiliki pandangan dunia yang sama. sebagian dari mitos dan upacara yang mereka rancang tampaknya tetap bertahan dalam tradisi budaya terpelajar yang terkemudian. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline