4 tahun berlalu sudah pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, itu artinya masa pemerintahan akan segera berakhir dan kembali akan memasuki tahun politik. Rakyat Indonesia dijejali, dibubuhi, sampai di doktrin tentang visi maupun misi para calon presiden yang akan maju Pilpres tahun 2019 ini.
Membahas hal-hal yang berbau tahun politik memang selalu menarik. Menarik mulai dari tampilan drama-drama konflik antar calon, para pendukung maupun tim sukses, sampai kepada masyarakat yang secara umum tidak mengetahui drama konflik sebenarnya namun berlagak sok tau dan serba tau. Masyarakat Indonesia saat ini terlalu awam dalam memahami pergolakan politik yang terjadi, sehingga akhirnya mudah sekali terdoktrin dan fanatik terhadap calon presiden pandangan pertamanya.
Tahun politik 2019 ini terasa sangat panas dengan banyak diwarnai oleh perang urat saraf antar para pasangan calon dan para anak bebek yang selalu ikut dan manut apa kata induknnya. Kampanye politik yang saling menjatuhkan dan menjelek-jelekan demi diraihnya tampuk kekuasaan. Namun, ditengah panasnya politik tahun ini terdapat orang-orang yang begitu kreatif dalam menanggapi tahun politik ini. Nurhadi-Aldo (Dildo), salah satu pasangan calon presiden Republik Indonesia fiktif.
Kehadiran Dildo bak sebuah Oase ditengah kering dan panasnya politik tahun ini. Pasangan Dildo muncul sebagai pencair dan penghibur bagi masyarakat Indonesia dengan visi dan misi menyentil yang ditawarkan. Dildo merepresentasikan masyarakat Indonesia yang mulai jenuh dan membutuhkan guyonan-guyonan politik. Dengan hadirnya pasangan Dildo ini, masyarakat Indonesia sejenak melupakan dan beristirahat dari panasnya politik.
(kacamatakeilmuan - riz)
Penulis: Rizky
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H