Lihat ke Halaman Asli

Pengertian Urgensi dan Organisasi Pendidikan Kewarganegaraan

Diperbarui: 30 September 2021   02:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam hidup, seringkali banyak hal-hal abstrak dan mungkin tidak penting selalu saya pikirkan. Seperti mengapa saya terlahir di dunia, jika saya tidak ditakdirkan sebagai manusia, akan menjadi makhluk seperti apa saya di kehidupan lain. 

Jika saya tidak dilahirkan sebagai anak dari rahim ibu saya sekarang, apakah saya akan menjadi manusia dengan kehidupan yang lebih baik atau malah lebih buruk. 

Mengapa saya tidak dikarunia kecerdasan berpikir, iq yang tinggi dan tampang rupawan sejak lahir. Kenapa juga Indonesia menjadi tanah kelahiran. 

Banyak sekali pertanyaan yang muncul dalam benak dan berusaha mencari jawaban pula terhadap pertanyaan yang saya buat sendiri. 

Mungkin itu terlihat seperti saya sedang memikirkan hal receh dan terkesan tidak mensyukuri apa yang sudah dikaruniakan. Namun, menurut saya dengan kita memikirkan hal-hal tersebut, bisa menjadi sebuah refleksi bagi diri kita. 

Merenungkan apa yang telah terjadi dan menerima nya dengan pikiran lebih terbuka membuat saya lebih bersyukur lagi. Karena saya tau banyak manusia yang terlahir dengan kekurangan, kesulitan. 

Kita bisa merubah dan memperbaiki kehidupan kedepan tapi kita pun tidak bisa mengatur takdir yang sudah dituliskan. 

Kadang juga saya berpikiran, andai saya terlahir di negara maju, mungkin hanya berita-berita prestasi yang disiarkan di televisi, penemuan ilmiah, budaya yang dikenal penduduk dunia, fasilitas teknologi super maju dan lengkap. 

Negara sibuk mendukung para generasi nya untuk memajukan negara, tidak lagi terbebani para masyarakat yang menjadi sampah yang tidak bisa di daur ulang dengan sibuk mengeruk harta yang bukan miliknya dan mencuri hak-hak warga. Andai saja, saya terlahir dan merasakan bagian enaknya saja.

 Terlahir dan hidup sebagai rakyat Indonesia, bukanlah pilihan kita, melainkan seuah takdir. Kita juga tidak tau kapan dan dimana kita akan ditempatkan untuk hidup. 

Namun, jika saya terus membanding-bandingkan dan berandai-andai tentang hidup enak saja, rasanya hanya akan menanamkan penyakit dalam diri. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline