Lihat ke Halaman Asli

Rizky Amalia

Mahasiswa

Dampak Gerakan Boikot Terhadap Brand yang Berafiliasi dengan Israel

Diperbarui: 1 Maret 2024   12:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dampak Gerakan Boikot Bagi Perusahaan dan Brand Konflik Israel-Palestina yang telah terjadi terus menerus selama hampir puluhan hingga ratusan tahun yaitu sekitar 106 tahun lebih lamanya, belum juga menemukan titik terang hingga saat ini. Konflik Israel-Palestina yang selalu terjadi tiap tahunnya membuat wilayah Palestina setiap tahunnya semakin berkurang karena direbut dan dicuri oleh tentara Israel. 

Pada mulanya, konflik Israel-Palestina berawal dari banyaknya Umat Yahudi yang berpindah serta melarikan diri untuk menyelamatkan diri dari antisemitisme. Bangsa Yahudi kala itu sangat lah dibenci. Bangsa Yahudi yang saat itu tersebar di banyak wilayah sangat dibenci dan seringkali dipandang negatif dan menerima banyak kebencian, terutama kebencian yang dating dari Jerman dan bangsa Eropa. 

Pemimpin serta dictator Jerman saat itu, yaitu Adolf Hitler merupakan dalang atas gerakan pembantaian umat Yahudi yang dikenal atas kebenciannya terhadap orang-orang Yahudi. Atas kebenciannya yang sangat kuat, muncul lah peristiwa yang dikenal sebagai Holocaust. 

Peristiwa holocaust merupakan gerakan pemmbantaian serta penganiayaan yang berakibat terbunuhnya hampir kurang lebih enam juta jiwa Yahudi yang berada di Eropa yang dilakukan oleh rezim nazi dan terjadi pada tahun 1933-1945. Akibat kejadian holocaust yang membantai jutaan jiwa umat Yahudi saat itu, membuat mereka harus melarikan diri sebagai uoaya untuk menyelamtkan diri dari pembantaian holocaust. 

Pola penyelamatan diri yang dilakukan oleh umat Yahudi cenderung berpencar. Teradapat umat Yahudi yang melarikan diri berbagai negara terpencar sehingga timbul lahkeinginan untuk kembali Bersatu dan mempunyai negara sendiri. Bangsa Yahudi saat itu pun turut melarikan diri serta menyelematkan diri ke Palestina secara berbondong-bondong dengan harapan selamat dari ancaman embantaian Nazi saat itu. Bangsa Yahudi pun saat itu diterima dengan baik oleh warga Palestina dengan diberi tempat penampungan. 

Awal mula konflik Israel-Palestina terjadi tepat pada tanggal 02 November 1917 yang pada saat itu Menteri Luar Negeri Inggris, yaitu Arthur Balfour merilis surat yang ditujukan pada Lionel Walter Rotshchild yaitu tokoh komunitas Yahudi Inggris. Surat yang dirilis oleh Arthur Balfour saat itu berisikan seruan untuk mendirikan rumah nasional bagi umat Yahudi yang berada di Palestina. 

Surat tersebut memberikan dampak yang terasa hingga saat ini karena Eropa memberikan janji wilayah yang dapat diduduki untuk para umat Yahudi. Jauh kemudian setelahnya, militer Israel yang mulanya hanya memiliki wilayah kecil di Palestina akhirnya berupaya untuk memperluas wilayah serta perbatasan Israel yang diklaim tanah Israel itu dengan menghancurkan desa-desa dankota-kota di Palestina. 

Aksi perluasan wilayah tersebut turut serta diiringi aksi kekerasan berupa pembunuhan rakyat sipil yang tidak bersalah serta pengeboman untuk meratakan wilayah. Atas kehancuran yang disebabkan oleh militer dan pemerintah Israel saat itu pada peristiwa Nakba 1948, sekitar 15.000 warga Palestina terbunuh dan secara paksa warga Palestina dipaksa untuk berpindah meninggalkan rumah dan wilayah milik mereka sendiri serta diusir oleh para umat Yahudi. 

Pasca peristiwa Nakba, Israel secara massive menduduki wilayah yang ditinggalkan oleh penduduk Palestina dan setiap tahunnya selalu melakukan aksi pembunuhan dan perluasan wilayah. Konflik Israel-Palestina masih terus terjadi hingga saat ini yang menyebabkan banyak warga Paalestina yang tidak bersalah terbunuh. 

Puncak peristiwa terjadi kembali lagi saat Hamas melakukan perlawanan dan invasi secara besar-besaran kepada Israel pada tanggal 07 Oktober 2023. Aksi kekerasan yang dilakukan Isrsel masih berlanjut sampai sekarang dengan terbunuhnya belasan ribu warga Palestina dan pengeboman yang terjadi secara terus menerus tanpa henti yang berdampak pada sulitnya warga Palestina mendapatkan hidup yang layak. 

Perebutan hak kemanusiaan yang dilakukan oleh Israel tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Militer Israel pun turut menghalang segala macam bentuk bantuan baik pangan, Kesehatan atau bahan baku pokok yang dikirimkan untuk ditujukan kepada warga Palestina. Dalam konflik Israel-Palestina, banyak sekali negara yang mengusung ceasefire dan mendukung kemerdekaan atas Palestina di hadapan PBB seperti Indonesia, China, Turki, dll. Mereka menuntut PBB untuk segera melakukan gencatan senjata atas kekejian yang dirasakan oleh Palestina. Tetapi, tidak sedikit juga negara yang menolak adanya gencatan senjata dan tetap melanjutkan aksi genosida, seperti Amerika Serikat , Papua Nugini, Guatemala, dll. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline