Lihat ke Halaman Asli

Alfatur Rizky

Suka bercerita dalam tulisan

Bunga, Seratus, dan Opname

Diperbarui: 5 Juni 2024   02:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Foto: Dokumen Pribadi.

Tulisan ini hanyalah opini, belum tentu benar, bisa jadi benar, bisa jadi tepat.

Dari kemarin saya kerap medapat ocehan dari banyak warga terkait adanya suap, rasuah, dan nepotisme bahkan parahnya sampai ke Istana. Mereka ini sebenarnya caper atau bagaimana saya gak paham.

Perbincangan ini terkait adanya mempertahankan posisi nyaman. Kalau jawabannya belum ada perintah..perintah dari siapa?

Apa jangan-jangan karena sudah saling jabat. Ini anehnya, selalu mereka yang didepan. Kadang suka khilaf, sedalam apa sudah karung goni itu terisi?

Ya..sudah..sayakan anak bawang kemarin sore. Saya baik-baik ajalah, supaya gak ribut-ribut.

Mungkin sih memang, ada tumbal yang harus dikorbankan, tapi pernah terpikir tidak tumbal ini hidupnya bagaimana? Saya rasa tidak juga.

Kasihan dia, mungkin sudah waktunya saya untuk tidak peduli lagi yakan..bersikap baik saja.

Cukup Tapera yang akan peras rakyat, istana merdeka janganlah. Kasihan kami, makan aja susah, beras pun gak tahu beliknya bagaimana?

Sakitpun harus mengemis dulu, supaya ada pegangan. Udah mau mati saya, udah bau tanah. Parfum bunga saja gak tahu beliknya dimana.

Saya cuma ingatkan, hati-hati...jangan terang-terang kali, banyak mata memandang ke langit, jangan lupa liat kebawah sesekali ya bapak, pilih saja mereka-mereka yang setia...mungkin...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline