Lihat ke Halaman Asli

Unik, Pasar Rakyat Yang Hanya Menjual Tela

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14189017571809628845

[caption id="attachment_383793" align="aligncenter" width="300" caption="Pasar Tela Karangkajen yang baru direvitalisasi"][/caption]

Slogan “Jogja Memang Istimewa” tidak hanya menjadi semboyan yang tanpa makna bagi Yogyakarta, baik istimewaorangnyamaupunistimewaisinya. Istimewa orangnyadapatdilihatdarimasyarakatasli Yogyakarta sendiri yang masihkentalakanunsurtradisikejawennya. Selainitu, Jogja (sebutan lain dari Yogyakarta) jugaterkenalsebagaikotapelajar. Hal initentuberalasanmengingatJogjamerupakandestinasi para penimbailmu, baikdaridalammaupunluarnegerikarenabanyaknyasekolahmaupununiversitas yang ada di sini. Di lain sisi, istimewaisinyadapatterlihatdariberbagaihalmenarik yang bisakitatemukan di kotagudegini, mulaidaritempatwisata yang kuatakanunsurtradisi, panorama alam yang indah, wisatakuliner yang tidakbiasa, ikon-ikonkebudayaanjawa, hinggatempat-tempatunikdanlangka yang hanyaada di Yogyakarta.

Salah satutempatunik yang ada di JogjaadalahPasar Tela Karangkajen. Dari namanya tentu sudah dapat diketahui bahwa pasar ini hanya menjual tela atauumbi-umbian saja. Hal ini menjadi cukup unik karena biasanya sebuah pasar menyajikan banyak komoditas yang diperjualbelikan. Kalaupun ada pasar yang menjual satu komoditas tertentu, sepertinya jarang bila tela adalah pilihannya. Unik sekali, itulah hal pertama yang saya pikirkan. Sedikit menarik ke belakang tentang sejarahnya, pasarinididirikan pada tahun 1957 yang merupakan pindahan dari Pasar Ngasem. Hingga saat ini ada 7 pedagang ketela yang menggantungkan hidup melalui pasar ini, dimana 4 diantaranya merupakan pedagang generasi pertama di keluarga mereka yang berjualan ketela, sedangkan 2 diantaranya adalah generasi kedua, dan terakhir adalah generasi ketiga. Selama ini pekerjaan sebagai pedagang ketela di Pasar Tela Karangkajen merupakan bisnis turun temurun, tidak bisa dimasuki oleh sembarangan orang. Seorang pedagang ketela harus mampu mengelola ketela, baik dari proses mendatangkan dagangan hingga menjualnya kembali. Selain itu, harus mampu menguasai berbagai teknik tersendiri, yaituteknikbagaimana mensortir atau memilah-milah jenis ketela yang baik dan kurangbaik.

[caption id="attachment_383796" align="aligncenter" width="300" caption="Becak digunakan untuk mengangkut tela yang dibeli"]

14189019781735639329

[/caption]

Biasanya dalam waktu sehari saja, ketela yang tersedia di pasar ini habis diborongpembeli dan selalumendatangkan dagangan ketelapada hari berikutnya. Ini terlihat jelas dari hilir mudiknya kendaraan berupa truk dan pick up yang terisi penuh oleh ketela. Terdapat berbagai jenis ketela yang disediakan oleh pedagang di Pasar Tela ini, mulai dari jenis singkong yang didatangkan dari berbagai daerah, hingga berbagai jenis ubi seperti ubi madu, ubi ungu, ubi remis, ubi jegros, ubi prol, kimpul,dan ubi tempel. Namun yang menjadi favorit konsumen adalah jenis singkong, ubi ungu dan ubi madu.

Bagipedangtela di sini, bukanlahmerupakanhalsulituntukmempromosikantela, karena pasarinimemangsudahterkenalsebagaipusattela di Jogja. Setiap hari konsumen yang terdiri dari konsumen tetap (pedagang, pengusaha industri makanan, peternak) dan konsumen tidak tetap (individu/pengecer) datang dari penjuru Wilayah D.I.Yogyakarta sesuai dengan kebutuhannya.Untuk memenuhi kebutuhan konsumen, selain didatangkan pasokan dagangan ketela dari lokal juga didatangkan dari Jawa Tengah (Wonosobo, Magelang, Temanggung, Bandungan dan Tawangmangu). Hal ini disebabkan Kota Yogyakarta tidak memiliki lahan pertanian luas, akibat dari alih fungsi lahan pertanian menjadi bangunan. Selain itu banyak lahan pertanian yang semulanya ditanami dengan komoditi ketela beralih ditanami tanaman pangan yang lebih menguntungkan. Selama ini untuk mendatangkan dagangan tersebut pedagang lebih sering mengandalkan jasa para penebas sebagai pensuply dagangan mereka dibandingkan langsung datang ke petani ketela. selain dikarenakan waktu mereka lebih banyak digunakan untuk menjaga dagangannya di kios, para penebas lebih menguasai kondisi lahan dibandingkan mereka.

[caption id="attachment_383797" align="aligncenter" width="300" caption="Aktivitas Jual-Beli "]

1418902432673394065

[/caption]

Menariknya, dalam sejarahnya Pasar Telo disebut-sebut merupakan satu-satunya pasar ketela yang ada di Indonesia. Setiap hari kurang lebih 8 truk dengan muatan 3 hingga 4 ton ketela melakukan bongkar muatan di pasar ini. Keberadaan pasar ini sudah menjadi bagian bagi masyarakat Karangkajen maupun warga DIY. Pasar karangkajen Yogyakarta terletak di Jl Sisingamangaraja, Yogyakarta, wilayah UPT Ngasem. Pasar Tela Karangkajen ini akhirnya direvitalisasi oleh pemerintah pada agustus 2014 dan kini pembangunan sudah hampir selesai, dijadwalkan akan diresmikan oleh pemerintah pada akhir tahun ini. Revitalisasi ini sedikit banyaknya sudah dapat dirasakan masyarakat dan pedagang manfaatnya, kini pasar Tela Karangkajen memiliki tampilan yang rapi dan modern tetapi tetap menyajikan interaksi sosial yang sama seperti sebelum direvitaslisasi. Pemandangan saat saya mendatangi pasar ini bukan hanya terdapat orang tua, tetapi juga anak-anak yang membantu orang tua nya berjualan.

[caption id="attachment_383798" align="aligncenter" width="300" caption="Truk mengangkut tela dari petani"]

14189024882062904066

[/caption]

[caption id="attachment_383799" align="aligncenter" width="300" caption="Pembeli menggunakan pick up "]

1418902584207514587

[/caption]



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline