Lihat ke Halaman Asli

Mahasiswa IPB Wujudkan Solusi Mengatasi Menurunnya Kepedulian Generasi Milenial Terhadap Biodiversitas Flora Melalui Skema Video Gagasan Konstruktif

Diperbarui: 17 Oktober 2023   08:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi

Permasalahan mengenai biodiversitas flora acapkali diabaikan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Tak terkecuali oleh generasi milenial yang banyak menginvestasikan waktunya pada media sosial. Keresahan akan berkurangnya kepedulian masyarakat terutama generasi muda terhadap biodiversitas flora menjadi latar belakang tim PKM asal IPB University yakni Nostaflora hadir melalui skema video gagasan konstruktif.

Tim PKM Nostaflora yang diketuai oleh Eka Siska Riyanti dan beranggotakan Hazrina Insania Utami, Lhatifa Edyan Nisa, Rizky Adi Prasetyo, serta Fathiah Izzaturrahmi hadir dengan membawa sebuah gagasan video yang berjudul "Nostaflora: Suatu Kawasan Inovasi Wisata Edukasi Interaktif dengan Stimulasi Sensorik Guna Mendukung Pelestarian Tanaman Terancam Punah Berbasis Mix Reality". Sebuah video kreatif yang menyajikan ilustrasi sebuah kawasan smart edutourism sebagai upaya pelestarian tanaman yang terancam punah.

Eka Siska Riyanti selaku ketua tim menjelaskan bahwa Nostaflora bukan hanya sebuah kawasan edukasi yang biasa, melainkan sebuah kawasan edukasi yang dilengkapi dengan berbagai fitur teknologi seperti virtual reality, transparant soil, dan masih banyak lagi.. "Dengan adanya kawasan Nostaflora ini di masa depan, diharapkan kepedulian masyarakat akan flora bisa meningkat, karena seperti yang kita tahu, banyak masyarakat Indonesia yang abai terhadap biodiversitas flora Indonesia", ujar Eka. Tentunya, dalam merealisasikan kawasan ini, gagasan yang diusung tim Nostaflora ini perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak. "Di Indonesia sendiri, kawasan edukasi masih sepi peminat karena fitur yang disajikan hanya itu-itu saja, alhasil banyak masyarakat yang enggan ke kawasan edukatif seperti contoh museum. Melalui gagasan Nostaflora, harapannya antusias masyarakat dapat meningkat karena di dalam kawasan tersebut, akan disajikan fitur-fitur dengan teknologi yang canggih", ucap Eka.

Dalam membuat Video Gagasan Konstruktif ini, tim Nostaflora melalui tiga tahapan, yaitu tahapan pra-produksi, produksi, dan pasca produksi. Pada saat tahap pra-produksi, tim Nostaflora melakukan diskusi dengan dosen pembimbing yang berasal dari departemen Arsitektur Lanskap (ARL) Fakultas Pertanian (FAPERTA) IPB University, yakni Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr. "Sebelum melakukan produksi, tim kami melakukan riset literatur serta berdiskusi dengan dosen yang memang ahli dalam bidang flora. Sebetulnya yang jadi kendala dari tim kami adalah, 'berapa ya jenis flora endemik Indonesia yang punah' karena membutuhkan banyak data seperti dari IUCN, LIPI, dan lain sebagainya. Beruntungnya, bersama dosen pembimbing yang memang ahli dalam bidang flora, permasalahan kami saat pra-produksi dapat terselesaikan," ujar Hazrina. Selain melakukan riset sebelum produksi video, tim Nostaflora juga membuat konten melalui media sosial Instagram dengan nama pengguna @nostaflora.id. Melalui instagram tersebut, tim Nostaflora memberikan insight seputar flora-flora yang ada di Indonesia. Untuk saat ini, tim Nostaflora telah mengunggah konten seputar flora di Pulau Jawa, Kalimantan, dan Papua.

Dokumen Pribadi

Pada tahap produksi video, jenis video yang dibuat menggunakan konsep blended atau gabungan antara real take video dengan animasi 3D dengan total durasi selama 4 menit. "Pada tahap pelaksanaan shooting real take, kendala terbesarnya adalah memerankan karakter Nosta, karena harus mengatur emosi dan gestur wajah. Jujur ini pertama kali menjadi seorang talent dalam video, belum terbiasa dan ini jadi pengalaman pertama yang luar biasa hebat", ujar Rizky selaku pemeran Nosta dalam video Nostaflora.

Untuk pembuatan animasinya sendiri, tim Nostaflora menggunakan bantuan software yaitu Blender. "Proses editing-nya lumayan makan waktu yang banyak, dan pada saat mengedit, banyak kendala yang aku hadapi, seperti perangkat yang lemot, jaringan yang tak stabil, bahkan pernah suatu ketika saat baterai laptop habis, baru mau di-charge eh mati lampu, alhasil mengeditnya harus nunggu lagi", ujar Fathiah selaku editor video. Selain melakukan shooting dan editing animasi, tim Nostaflora juga melakukan voice over dengan menggunakan ruangan studio Departemen Arsitektur Lanskap (ARL). Tujuan dilakukannya kegiatan voice over  ini adalah untuk menghasilkan audio yang bagus untuk dimasukkan dalam video.

Tahap selanjutnya adalah pasca produksi. Pada tahap ini, tim Nostaflora melakukan kegiatan berupa pengunggahan video di kanal YouTube. Selain menyebarkan isi video, tim Nostaflora juga melakukan survei terkait video yang diunggah. "Besar harapannya video yang diunggah serta gagasan Nostaflora dapat dijadikan solusi untuk menumbuhkan minat serta menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga biodiversitas flora", ujar Lhatifa.

Video Gagasan Konstruktif yang diusung Nostaflora berdurasi 4 menit dan dapat ditonton di kanal YouTube tim Nostaflora dengan nama Nostaflora. Video tersebut menyajikan sebuah kawasan smart edutourism yang dilengkapi berbagai teknologi. Selain itu, dokumentasi tim Nostaflora selama mengikuti kegiatan PKM (Pekan Kreativitas Mahasiswa) juga dapat dilihat pada akun Instagram dengan nama @nostaflora.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline