Energi fosil menjadi sumber energi utama saat ini, akan tetapi jumlahnya semakin lama semakin berkurang dan harganya semakin mahal. Hal ini menjadikan 3 Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), Atika Sari Puspita Dewi, Muhammad Irfan Sanusi dan Rizky Aditya Sawitri untuk mengembangkan energi terbarukan dengan teknologi nanogenerator yang terintegrasi dengan solar sel dalam satu perangkat. Teknologi ini dapat mengkonversi energi mekanik dan cahaya matahari menjadi energi listrik.
Atika sebagai ketua tim peneliti menjelaskan "energi mekanik sangat berpotensi sebagai sumber energi terbarukan karena dapat dijumpai di sekitar kita dan saat ini masih kurang termanfaatkan". Teknologi hybrid yang sedang mereka kembangkan merupakan material ZnO nanorod yang ditumbuhkan pada subtrat mika yang sudah dilapisi emas, kemudian ZnO nanorod dilapisi dengan bahan tembaga (II) oksida supaya bisa berfungsi sebagai sel surya.
Saat ini tegangan yang dihasilkan dari perangkat sebesar 15-20 Volt dengan arus 0,2 Mikro Ampere pada setiap energi mekanik yang dikenakan. Sedangkan efisiensi sel surya yang dihasilkan masih relatif kecil. Dengan ukuran 2x3 cm dan tebal tidak lebih dari karton, perangkat ini diharapkan mampu diaplikasikan pada berbagai objek seperti pada sepatu, alas karpet, bahkan pakaian yang digunakan sehari-hari.
Sehingga nanogenerator ini dapat dengan maksimal menerima energi mekanik yang diberikan kemudian mengkonversikannya menjadi energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan ini pun nantinya dapat disimpan dalam baterai seperti halnya power bank. Selain itu, teknologi ini juga dapat dimanfaatkan untuk menjalankan perangkat elektronik berdaya rendah tanpa menggunakan baterai seperti jam tangan dan smart watch.
Ketiga inventor muda dibawah bimbingan Nandang Mufti, M.T., Ph.D ini terus mengembangkan teknologi hybrid nanogenerator--sel surya yang mereka buat agar menghasilkan perangkat dengan efisiensi tinggi. Irfan salah satu anggota tim memaparkan "tidak mudah untuk dapat menggabungkan dua teknologi ini menjadi satu kesatuan, masih banyak eksperimen yang harus mereka lakukan untuk menemukan formula yang tepat agar menghasilkan perangkat dengan efisiensi yang tinggi".
"Hasil kerja tim mahasiswa UM ini tidak sia-sia, inovasi ini mendapat perhatian dan bantuan biaya dari Kementerian Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi (Kemenristekdikti) melalui Program Kreativitas Mahasiswa-Penelitian Eksakta (PKM-PE)", tutur Rizky yang merupakan anggota termuda di kelompok ini. Ketiga inovator muda ini saat ini masih terus mengembangkan dan menyiapkan diri untuk dapat mempresentasikan hasil inovasi mereka di ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-31 di Universitas Negeri Yogyakarta pada tanggal 28 Agustus-2 September 2018 mendatang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI