Lihat ke Halaman Asli

Rizky Hidayat

Perluas Sudut Pandang, Persempit Memandang Sudut.

Fenomena Bukber Virtual, Bolehkah Dalam Pandangan Islam?

Diperbarui: 26 April 2021   00:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi meme yang menggambarkan berbuka secara virtual | Ilustrasi gambar: instagram.com/_iskandarsalim/

Ramadan adalah bulan suci yang selalu dinantikan oleh umat Islam di seluruh belahan dunia. Sebab bulan Ramadan, termasuk salah satu bulan yang memiliki keutamaan lebih di antara bulan-bulan lainnya dalam perhitungan kalender Hijriyah.

Di antara keutamaan Ramadan adalah diturunkannya kitab suci Al-Qur'an (Syahrul Qur'an) beserta kitab-kitab dan lembaran mushaf lainnya. Selain itu juga, pada bulan Ramadan umat Islam dianjurkan untuk melakukan ibadah shaum atau yang biasa kita dikenal dengan istilah puasa.

Sebetulnya, ibadah puasa sendiri tidak hanya identik dilakukan oleh kalangan umat Islam. Pada literatur sejarahnya, identitas puasa sudah menjadi ibadah yang sering dilakukan oleh kalangan umat sebelum datangnya Islam. Manfaatnya sama, sebagai proses mendekatkan diri kepada Tuhan.

Anjuran Waktu Dalam Berbuka Puasa

Yang menjadi pembeda di antara puasa umat Islam dengan puasa agama lainnya ialah terletak pada posisi waktu berbuka. Sahl bin Sa'ad mengisahkan bahwa Rasulullah bersabda,

"Senantiasa manusia berada dalam kebaikan selama menyegerakan puasa" (HR. Bukhari, Muslim)

Hadis di atas mengidentifikasikan bahwa Rasulullah menganjurkan kita agar segera berbuka puasa begitu masuk waktu maghrib. Berbeda dengan pandangan umat Yahudi dan Nasrani, mereka di anjurkan untuk mengakhirkan waktu berbuka puasa dengan parameter waktu berbukanya adalah menunggu hingga terbitnya bintang.

Kemudian, kebiasaan Rasulullah ketika memasuki waktu maghrib ialah menikmati buka puasa terlebih dahulu kemudian barulah melaksanakan ibadah sholat magrib. Kebiasaan Rasulullah yang seperti ini kemudian juga menjadi Sunnah yang di anjurkan sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad (3/164) dan Abu Daud (2356).

Lebih lanjut lagi, ketika menikmati buka puasa, Rasulullah mengajarkan untuk berbuka dengan makan dan minum secukupnya. Itu dilakukan untuk menghindari kondisi kekenyangan yang berlebihan sehingga dapat fokus melaksanakan ibadah sholat maghrib dengan kusyu'.

Sebab hakikatnya, esensi puasa ialah menahan hawa dan nafsu, sehingga meskipun sudah berbuka bukan berarti melampiaskan nafsu makan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline