Lihat ke Halaman Asli

rizky kurnia

mahasiswa

Iman dan Rukun Iman dalam Al Qur'an ( Kajian surat Al Baqarah 284-286)

Diperbarui: 10 Mei 2023   14:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Iman adalah kepercayaan (yang berkenan dengan agama), keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, nabi, kitab, dan sebagainya. Iman diyakini dalam hati, yaitu dengan mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati adanya alam semesta dan segala isinya. Secara etimologi, pengertian iman diambil dari kata kerja aamana' dan yukminu' yang artinya ialah 'percaya' atau 'membenarkan'. dalam hadis disebutkan bahwa pengertian iman ialah "Ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota (tubuh)."

Dalam agama Islam terdapat pilar-pilar keimanan yang dikenal dengan rukunIman, terdiri dari enam pilar. Ke enam pilar tersebut adalah keyakinan Islam terhadaphal-hal yang"ghoib"yang hanya dapat diyakini secara transedental, sebuahkepercayaan terhadap hal-hal yang diluar daya nalar manusia. Rukun Iman (pilarkeyakinan) ini adalah terdiri dari: 1) iman kepada Allah(Patuh dan taat kepadaAjaran Allah dan Hukum-hukumNya), 2) iman kepada Malaikat-malaikat Allah(mengetahui dan percaya akan keberadaan kekuasaan dan kebesaran Allah di alamsemesta), 3) iman kepada Kitab-kitab Allah (melaksanakan ajaran Allah dalam kitab-kitabNya secara hanif. Salah satu kitab Allah adalah Al-Qur'an), 4) iman kepada Rasul-rasul Allah (mencontoh perjuangan para Nabidan Rasuldalam menyebarkandan menjalankan kebenaran yang disertai kesabaran), 5) iman kepada hari Kiamat(paham bahwa setiap perbuatan akan ada pembalasan) dan 6) iman kepada Qada dan Qadar( paham pada keputusan serta kepastian yang ditentukan Allah pada alam semesta).Enam pilar keimanan umat Islam tersebut merupakan sesuatu yang wajib dimiliki oleh setiap muslim. Tanpa mempercayai salah satunya maka gugurlah.

Ayat 284 ini menegaskan bahwasanya allah mengetahui segala apa yang dikerjakan manusia, yang nyata maupun tersembunyi. Dalam ayat ini Allah menegaskan kekuasaan nya diseluruh jagat raya dan bahwa apapun yang dikerjakan manusia baik yang nyata maupun tersembunyi akan dimintalkan pertanggung jawaban.

Di dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan bahwa segala apa yang ada di langit dan bumi dan segala apa yang berada di antara langit dan bumi, semuanya adalah kepunyaan Allah SWT. Dia mengetahui segala apa yang ada di langit dan bumi, tidak ada sesuatu apa pun yang samar dan tersembunyi dari-Nya, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, meskipun sangat lembut dan tidak tampak. Allah SWT akan membuat perhitungan dengan para hamba-Nya atas semua amal perbuatan yang mereka kerjakan dan segala sesuatu yang mereka sembunyikan di dalam hati mereka. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Ibnu Katsir.

Ayat 285, Allah SWT menjelaskan tentang keimanan Rasulullah saw dan kaum Mukminin kepada dasar-dasar keyakinan. Allah SWT menjelaskan bahwa Rasulullah saw. dan kaum Mukminin membenarkan dan mengimani apa yang diturunkan kepada Rasulullah saw. dari Tuhannya berupa akidah dan hukum-hukum agama dengan pembenaran yang kuat dan tidak goyah sedikit pun. Al-Hakim meriwayatkan di dalam al-ilIustadrak bahwa ketika ayat ini diturunkan kepada Rasulullah saw. maka beliau berkata, "Sudah menjadi haknya beriman."

Di dalam ayat ini, melakukan amal kejelekan diungkapkan dengan menggunakan kata al-Iktisaab, hal ini menjelaskan bahwa sebenarnya melakukan perbuatan jelek membutuhkan banyak tenaga, pengorbanan, kesulitan, perencanaan, benturan-benturan dengan alam dan adat kebiasaan yang berlaku. umatku kekeliruan,lupa dan perbuatan jelek yang Sedangkan melakukan amal kebaikan, pada dasarnya tidak membutuhkan terlalu banyak tenaga, karena kebaikan memang merupakan salah satu hal yang diletakkan di dalam tabiat alami manusia, iiwa merasa tenang dan senang mengerjakannya serta tidak membutuhkan kehati-hatian, kekhawatiran dan perencanaan terlebih dahulu. Seseorang akan langsung bersemangat untuk mengerjakan kebaikan ketika jiwanya dalam keadaan jernih dan menyadari kelemahan dan ketidakberdayaannya di hadapan Sang Khalik, menyadari bahwa ia sangat butuh kepada-Nya pada hari kiamat, hari di mana dibuka buku catatan amal yang sangat ieli, teliti, sempurna dan menakutkan di hadapan Allah SWT dan seluruh umat manusia.

Pada ayat 286 ini Allah SWT memberitahukan bahwa dari awal diturunkanrya ayat pertama hamba-hamba-Nya tidak pernah dibebani dengan sebuah ibadah, entah itu yang dilakukan dengan anggota badan yang terlihat ataupun yang tidak terlihat, kecuali pembebanan itu masih dapat dilakukan oleh mereka.

Para ulama sepakat bahwa pembebanan diluar batas kemampuan tidak ada dalam syariat, dan ayat inilah yang menyatakan ketiadaannya, namun setelah itu mereka berbeda pendapat mengenai pembolehannya, apakah mungkin terjadi pada suatu hukum ? Abu Al Hasan AlAsy'ari dan para ulama ilmu kalam berpendapat bahwa secara akal pembebanan di luar batas kemampuan itu bisa saja terjadi, dan hal ini karna sekali tidak berpengaruh pada ajaran akidah dalam syariat Islam.

Dosen Pengampu :

Dr. Hamidullah Mahmud, M. A.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline