"Bang.. Bang.. " Dengan suara serak Rini membangunkan suaminya yang masih terlelap. Sebentar lagi adzan Shubuh, karena sudah terdengar suara orang mengaji.
"Hemmm... " Agus malah membalikkan badan sepertinya masih mengantuk.
"Bang!!" Rini menggoyang-goyangkan badan suaminya. Membuat Agus kaget dan terduduk dengan cepat.
"Napa Rin? Banyak betul keringatmu! Basah semua ini. Kenapa Rin?" Dirabanya dahi Rini.
"Lemas Bang."
"Ayok duduk dulu. Sebentar kuambilkan air dan handuk kecil."
Dengan telaten Agus mengelap keringat Rini dengan kompresan air hangat dan mengeringkannya dengan handuk kecil tersebut.
"Baring sini dulu. Takut Edo terbangun. Mau sarapan apa? Biar habis sholat langsung dicarikan."
"Mual Bang, mau buah yang dalam kulkas tadi malam tu."
"Dingin tu. Karbohidrat dulu, nasi dululah Rin. Tolonglah, jangan makin bikin aku khawatir. Ya?"
"Terserah Abang saja." Rini pasrah karena memang tak ada selera sama sekali. Kepalanya berat dan badan panas seperti orang demam meriang.