Hujan terus turun menjelang sore. Niat Ray untuk pulang mengantar Icha terpaksa tertunda meskipun sebenarnya ini adalah malam minggu. Malam masih panjang. Namun hp Icha ribut dan kelap-kelip ditelepon terus oleh orang tuanya yang cemas.
"Aku harap hujan ini tak akan berhenti."
"Jangan Ray, aku harus pulang meskipun harus basah."
"Sebelum kamu jawab aku yang tadi."
"Maaf aku tak bisa."
"Apa belum cukup pembuktianku selama 10 tahun ini?"
Angin dingin mengingatkan kenangan saat itu. Indah dan lucu penuh romansa kekanak-kanakan. Penuh impian membahagiakan. Ada tekad. Ada harap. Hingga bertemu kembali entah untuk apa.
"Maaf jangan pilih aku Ray. Akan ada banyak yang terluka."
"Saat ini aku yang terluka, bukan mereka. Lihat aku Cha." Sedari tadi Icha membuang mukanya agar tak terlihat mata yang hampir menangis.
"Cukup yang dulu menjadi kenangan manis. Itu sudah lama berlalu. Saat itu aku tak tau latar belakangmu."
Ray tertawa mengejek seolah Icha badut yang lucu.