Lihat ke Halaman Asli

Menjadi Kaya Itu Gampang, Kalau...

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jargon bulan ini adalah "October Selling", ya, jualan. Membuat halaman online, memfoto-foto katalog belajar dari Isma salah satu bentuk nyatanya.

Kali ini aku cuma ingin sadarkan diriku sendiri dan orang-orang yang masih mau berniat untuk sadar, bahwasannya hal tersepele dalam hidup ini adalah menjadi kaya raya. Caranya ya dengan itu, jualan. Kulak segini, adol segitu, dapat margin, jadilah itu upah. Upah dibelanjakan untuk aset investatif, maka meningkatlah kekayaan kita.

Teorinya begitu, tapi pada prakteknya kok ya susaaah. Ya, susah karena akalku belum sehat, masih edan, karena ini jaman edan. Dulu Abdurrahman bin Auf dengan modal ditunjukkan pasar saja bisa jadi kaya raya, karena waktu itu bukan jaman edan, dan dia tidak edan, akalnya jalan, akalnya sehat.

Untuk alasan itulah aku merasa belum sama sekali layak tampil dihadapan public, apalagi memberikan ceramah ini dan itu tentang keutamaan hidup, terlebih lagi soal pemberdayaan masyarakat, haduuuh... . Jadi bukan soal obsesi bisa beli mobil, alah mah, punya barang baru harga berapapun mah begitu rasanya, hari pertama seneng, hari kedua agak seneng, hari ketiga biasa, hari keempat apalagi pas rusak, yang tersisa tinggal jengkel.

"kalau akal kita sehat, menjadi kaya itu hal tergampang diantara misi-misi kehidupan lainnya", kata-kataku sendiri (hehe)

Untuk alasan itu pulalah aku tidak mau menyandera kehidupanku dengan status pekerjaan tertentu demi uang bulanan dan pensiunan. Sudah, pokoknya dalam benakku sekarang, menjadi kaya itu hal tergampang diantara misi kehidupan lainnya seperti membina keluarga, memberdayakan masyarakat, memberi teladan ketokohan apalagi sampai urusan masuk surga.

Karena gampang itu, sebelum aku kaya, berarti akalku belum sehat. Kalau aku memperkaya diri dengan jabatan karyawan, apalagi politisi, maka itu artinya tingkat ke-edan-anku bertambah, bukannya tambah waras tapi makin ngaco. Itu tandanya aku putus asa memperjuangkan sehatnya akalku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline