Lihat ke Halaman Asli

Kisah Sang Palang Merah

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada masa itu terjadi peperangan dimana-mana, hampir seluruh penjuru dunia mengalami peperangan, saat itu dinas medis militer kewalah untuk menangani korban perang yang sangat banyak, melihat hal itu aku ingin sekali menolongnya, namun bukan sebagai militer, tapi sebagai sukarelawan yang membantu mengobati para korban. Dengan tekad ini aku nekat untuk untuk membantu para dinas medis militer.

“Siapa kamu? Mau apa kamu kesini?” Seorang dinas medis militer bertanya.

“Aku H.Dunant, aku ingin membantu kalian.” Aku menjawab.

“Tidak bisa Kau hanya warga disini bukan seorang militer, dan ilmu mu pun masih kurang” dia menolak dan mengusir ku.

Pada dasarnya aku hanya ingin membantu mereka yang kewalahan, besoknya setelah berpikir sambil mendengar tembakan sebuah pistol yang keras, akhirnya aku mendapat sebuah ide yang baik, aku kumpulkan para pemuda-pemudi yang pemberani dan para lelaki yang berusia tidak lebih dari 40 tahun, disini aku berpikir semua orang yang berkumpul mengalami peraaan yang sama, dan ingin melakukan sesuatu yang bisa membantu.

“Selamat Pagi bapak-bapak dan para pemuda – pemudi yang pemberani, aku tau kalian memiliki rasa yang sama seperti aku, aku tau kalian pasti ingin melakukan sesuatu yang bisa membantu keadaan ini, aku tau itu, karena kita dalam satu wilayah, dalam satu lingkungan yang sedang kewalahan dalam menangani hal ini. Apa kita hanya ingin diam?, sambil menghatirkan perasaan itu?” aku membuka percakapan dan memberi pertanyaan yang tegas.

“Tidak!!” Para pemuda dan pemudi menjawab dengan lantang

“Apa hanya para pemuda dan pemudi yang berani disini?” aku pun balik bertanya.

“Tidak, kami pun berani!!” para bapak dari berbagai profesi pun menjawab.

“Baik kalau begitu, aku mempunyai ide, dimana kita disini meluangkan waktu kita untuk menjadi sukarelawan yang bertugas menangani orang-orang yang terluka, mudah-mudahan dengan adanya kita, korban meninggal dapat berkurang.” aku memberikan ideku kepada mereka.

“Bagaimana jika kita tidak diberi ijin oleh dinas medis militernya?” salah seorang pemuda bertanya.

“Jika kita memiliki keinginan kita pasti bisa, kita disini memiliki niatan yang baik, dan kita hanya ingin menyelamatkan mereka, bukan membantu berperang, kita bisa tidak meminta ijin untuk hal ini kepada mereka, kita melakukan hal ilegan untuk berbuat baik” aku menjawab dengan baik.

“Aku siap membantu untuk meminta ijin kepada mereka” salah seorang bapak yang menjadi tokoh masyarakat disini berbicara.

“Baik, terima kasih pak!” aku

“Bagaimana dengan kita yang tidak memiliki ilmu tentang medis” para pemuda balik bertanya.

“Aku siap memberi ilmu dasar tentang medis” salah seorang bapak yang berprofesi sebagi Dokter menjawab.

“Aku siap menyediakan tenda untuk dijadikan basecamp” salah seorang bapak memberi tahu

“Baik, Terima kasih sudah mau membantu, sebelumnya ada yang mau bertanya lagi? Apa kalian Siap?”

“kami siaap!!” para pemuda-pemudi dan bapak-bapak serempak mengatakan siap dengan lantang.

Setelah diberika ilmu dasar oleh salah satu bapak yang berprofesi menjadi seorang dokter, dan selesai mendirikan tenda untuk para korban serta untuk tempat menginap kami. Kami berpencar dengan para pemudi yang diam ditenda untuk mengobati para korban  yang terluka parah, sebagian dari para pemuda dan bapak-bapak berpencar untuk mencari korban dan membawanya ke tenda, jika korban dapat disembukan ditempat maka tidak harus dibawa ketenda, den sebagian lagi menjadi pembawa kabar dari peperangan ini karena kami berstatus ilegal, dan aku ikut di dalam kelompok orang yang mencari korban.

Telah beberapa korban yang kami obati, dan beberapa orang yang terselamatkan dari kematian.

Suatu saat aku bertemu dengan militer musuh yang tulang kaki dan tanganya remuk dan bercak darah akibat terkena pisau sehingga tidak bisa bergerak, aku pun bergegas membantunya dan membawanya ke tenda.

“Kenapa kau mau membantuku?, akukan menyerang Negaramu!” dia bertanya kepada ku

“Aku hanya ingin memnyelamatkan orang yang terluka, aku tidak liat dari mana orang itu berasal” aku menjawab

“Apa kau tidak takut jika militer negaramu memarahi mu?” dia bertanya lagi

“Tidak , karena aku memiliki niat yang baik, dan kenapa Negara mu menyerang negaraku?” aku menjawab dan balik bertanya

“Aku tidak bisa menjawabnya” dia menjawab

Tiba ditenda

“Kau membawa musuh kesini?!” salah seorang pemudi bertanya dengan ketakutan.

“Sudah kuduga pasti banyak yang memprotes mu karena kau membawaku” dia ikut berbicara.

“Kita Sukarelawan, kita harus bisa membantu siapa pun, kita harus membantu orang yang sedang terluka tidak perlu liat dari bangsa dan Negara dia berada, tapi selamatkanlah dia” aku menjawab dengan bijak.

“Baik” pemudi menjawab dan segera menangani sang korban.

“Aku yang seorang otak dari perang ini sangat berterima kasih kepada tim ini” dia mengakui bahwa dia menjadi otak dari perang ini.

Tidak lama datanglah seorang pembawa berita,

“Gawat-gawat militer datang dengan senjata lengkap”

“Apa?!” Aku kaget.

“kenapa kau harus takut dia kan dari Negara mu, paling dia hanya ingin membunuh ku,” dia menjawab lagi.

“karena kami mendirikan ini secara illegal” aku menjawab pertanyaan dia.

“Angkat tangan kalian!” beberapa militer sudah mengepung tenda

“Mau apa kalian? Apa kalian Hanya ingin menjadi penghianat Negeri ini?” sang militer bertanya.

“Tidak aku hanya ingin Membatu menyelamatkan mereka”sambil menunjuk para militer yang terluka.

“kenapa kau menyekamatkan dia otak dari musuh ini?” sambil menunjuk si dia.

“karena setiap orang punya hak untuk hidup” aku menjawab.

“Tidak!, bunuhlah aku, karena aku yang menyebabkan perang ini.” dia ikut berbicara.

“Baiklah!” si militer mengarahkan pistolnya ke arah si dia.

“Tidak. Tidak ada yang boleh mati di tenda ini”, aku menghalangi si dia

“Kenapa kau?, apa kau tidak ingin kita merdeka!” si militer bertanya lagi

“Kami ingin merdeka tapi bukan ini cara terbaik. Kami menyelamatkan dia dan dia harus segera pergi dari negeri ini, dan kita bisa merdeka.”

“Baik, aku akan segera pergi dari negeri ini dan negeri ini akan merdeka.” Dia menyetujui

“Apa kau yakin?” si militer bertanya lagi

“Aku yakin, jika dia menipu, bunuhlah aku” aku menjawab dengan yakin”

“Kami juga” para pemuda –pemudi dan bapak-bapak pun ikut meyakinkan

“Baiklah” si militer pun pergi

Besok nya dia sudah sehat dan di hadapan para sekutunya serta militer negeri ini dia bilang “kita Harusnya berdamai dan saling menolong, bukan berperang. kami akan pergi dan negeri ini pun merdeka. Saya ucapkan banyak terima kasih kepada tim yang menolongku yang kusebut Loague Of The Red Cross Society

Dan semenjak itu kami di sebut SANG PALANG MERAH.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline