Lihat ke Halaman Asli

Rizki Zakaria

Pengajar Bahasa

Secuil Kisah Pembangkangan Pulitzer

Diperbarui: 12 Februari 2023   00:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Joseph Pulitzer (foto: wbur.org)

Dialah Pulitzer. Seorang wartawan baru yang sedang berhadapan dengan redaktur surat kabar Westliche Post. Kesan pertama redaktur tersebut,

"Dia itu kaku dan bodoh!"

Suatu waktu, ada peristiwa pencurian di Toko Buku Roslein. Redaktur segera memerintahkan Pulitzer untuk mencari sisi menarik dari peristiwa tersebut.

"Coba kamu cari informasi tersebut kepada seseorang yang bernama Peters!" ujar sang redaktur kepada Pulitzer.

Pulitzer pun segera meluncur ke tempat kejadian perkara. Sesampainya disana, ia mendapati sebuah kerumunan. Ia juga melihat beberapa orang dengan tampang angkuh, baju mentereng, dagu terangkat sedang membawa buku catatan dan potlot di tangannya. Mereka itu wartawan.

Pulitzer segera bertanya kepada seseorang di antara mereka tentang keberadaan sosok yang bernama Peters. Tak ada yang menjawab.

Peters adalah koordinator para wartawan. Pada saat itu, di wilayah St. Louis, Amerika, polisi hanya memberikan keterangan kepada Peters.

Ketika Peters selesai mewawancarai polisi, ia keluar dari toko buku lalu para wartawan pun mengerubunginya. 

"Tak banyak informasi yang dapat kita peroleh kali ini! Perampokan terjadi pagi tadi sebelum Pak Roslein sampai di tokonya ini. Kunci pintu dibuka paksa. Peti besi dibongkar. Uang 175 Dolar lenyap. Pak Roslein mencurigai seseorang yang mondar-mandir di tengah malam, depan toko ini. Orangnya tinggi, berambut kuning keemasan, dan di pelipisnya ada cacat luka. Polisi juga mencurigai orang itu. Sudah kalian catat?" jelas Peters.

"Cuma itu, Peters?" tanya wartawan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline