Lihat ke Halaman Asli

Rizkiyatul Mufidah

Hal-hal hebat tidak pernah datang dari zona nyaman.

Tokoh Bhima yang Berani Menegakkan Kebenaran dalam Novel Mahabarata

Diperbarui: 17 September 2022   07:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin bagi sebagian orang sudah tidak asing lagi dengan salah satu perwayangan yaitu Mahabarata. Mahabharata adalah epik India yang menceritakan pertikaian antara keturunan Raja Bharata dari Hastinapura, yakni Pandawa sebagai pihak kebaikan melawan pihak Kurawa sebagai pihak kebatilan. Pada intinya mahabarata menceritakan tentang 2 keluarga yang saling memperebutkan kekuasaan. Dimana Duryodhana dan sekutu-sekutunya ini pihak yang melakukan kejahatan sedangkan lima Pandawa pihak yang selalu berbuat baik, melawan kajahatan dan menegakkan kebenaran. Menegakkan kebenaran sangat membutuhkan keberanian, terutama menghadapi orang-orang yang yang memiliki kekuatan atau kekuasaan. Seorang pemberani dituntut untuk bisa menyampaikan kebenaran kepada siapa pun, termasuk kepada penguasa yang zhalim (aniaya). Kita harus bisa menegakkan kebenaran sesulit apapun keadaannya, jangan pasrah dan berdiam diri  menerima kesulitan dan penderitaan karena sikap ketidakadilan yang di ciptakan oleh orang-orang yang curang.

Seperti dalam novel epos Mahabarata bab 25  yang berjudul "Arjuna dan Pasutapa" dimana tokoh Bhima ini sangat antusias untuk melawan Duryodhana dan sekutu-sekutunya, dia bersikeras untuk merebut kembali apa yang menjadi miliknya dan saudara-saudaranya. Bhima sudah tidak sabar ingin segera menyerang Duryodhana dan merebut kembali kerajaan mereka. Baginya tidak ada gunanya menjadi kesatria perkasa jika harus hidup mengembara di hutan, tanpa berperang, hanya bertapa bersama para resi dan pendita. Menurut Bhima, masuk neraka karena memusnahkan musuh yang jahat dan licik sama artinya dengan masuk surga.

Bhima dan Draupadi sering bercakap-cakap dengan Yudhistira. Mereka berkata bahwa amarah yang didasari kebenaran adalah benar sedangkan bersikap sabar menerima penghinaan dan pasrah menerima penderitaan bukanlah sifat kesatria sejati. Memang begitu pentingnya menegakkan kebenaran demi keselamatan bersama kita tidak boleh bersikap tenang jika ketidakadilan menimpa diri kita jangan biarkan orang - orang yang curang menguasai diri dan  merampas hak kita. Sebelum orang licik itu lebih banyak lagi bermunculan dan hidup dengan bahagia dan tenang di dunia ini, kita harus segera menghentikannya. Memberikan pelajaran kepada nya agar dia paham bahwa perbuatannya sangat tidak benar dan menyakiti banyak orang. Mereka menikmati apa yang bukan miliknya sementara orang yang mereka tindas hidup menderita dan pontang panting. Mulai sekarang apapun yang menjadi milik kita perjuangilah sampai titik darah penghabisan. Karena menegakkan kebenaran lebih mulia daripada harus berdiam diri menerima kebathilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline