Laut China Selatan merupakan salah satu aktivitas perairan yang sangat penting di kawasan Asia dan dunia. Sebagai jalur perdagangan yang padat dan sebagai pusat aktivitas ekonomi, kawasan ini menjadi tumpuan dalam meningkatkan devisa negara. Dikutip dari medium.com, perairan ini memiliki luas mencapai 3,5 juta kilometer persegi. Selain itu juga terdapat lebih dari 250 pulau, atol, dan karang laut yang potensial.
Sejarah terbentuknya Laut China Selatan, secara geologis memiliki kedalaman yang relatif dangkal. Hal ini dikarenakan posisinya berada di atas paparan benua, dan diperkirakan terbentuk lebih dari 45 juta tahun yang lalu. Secara geopolitik, letak kawasan ini berbatasan langsung dengan banyak negara yang didominasi oleh Asean.
Sengketa dan ancaman konflik menjadi hal yang wajar terjadi, dikarenakan letak yang strategis dan memiliki kekayaan sumber daya alam yang begitu besar. Berdasarkan informasi dari Asia Maritime Transparency Initiative, mengungkapkan jika negara Tiongkok (China) memiliki klaim kepemilikan terluas di area tersebut. Namun demikian Hukum Lau International (UNCLOS) melarang tindakan tersebut. Akibat klaim sepihak, China membuat situasi geopolitik kawasan Laut China Selatan menjadi tidak stabil.
Potensi Geografis dan Cadangan Hidrokarbon
Berdasarkan informasi dari ahli geofisika laut Peter Clift menyatakan pada tahun 2001, kawasan tersebut memiliki patahan-patahan besar, hingga terbentuknya kawasan perairan Laut China Selatan. Peter Clift berpendapat bahwasanya lokasi patahan tersebut, diperkirakan memiliki kekayaan cadangan gas alam yang sangat melimpah. Kemudian laporan dari US energy Information Agency (EIA) pada 2013, diperkirakan cadangan gas dan minyak mencapai 11 miliar barel. Hal tersebut juga dilaporkan oleh pihak Kementrian Geologi China yang menyatakan jika cadangan gas alam di Laut China Selatan mencapai ratusan triliun kaki kubik.
Laporan dan riset tersebut semakin memperkuat jika Laut China Selatan dapat menjadi lumbung energi kawasan Indo-Pasifik. Beberapa negara seperti Vietnam dan Filipina telah melakukan upaya eksplorasi dan melakukan kerjasama energi dengan beberapa pihak. Pada tahun 2011, perusahaan energi milik Vietnam melakukan kerja sama dengan India untuk kesepakatan kerja sama eksplorasi migas jangka panjang. Tindakan tersebut memancing amarah dan kekecewaan China, hingga menuduh kedua negara melanggar kesepakatan.
Tidak hanya kekayaan migas, kawasan yang menghubungkan Asean dengan jalur perdagangan dunia tersebut juga memiliki aktivitas perdagangan yang diperkirakan mencapai US$3,7 triliun, dan menjadi kedua tertinggi setelah Selat Hormuz.
Seni dan Budaya Dalam Menyampaikan Pesan Pentingnya Kedaulatan di Laut China Selatan
Peran seni dan budaya dalam menyampaikan pesan tentang pentingnya kedaulatan di Laut Cina Selatan tidak bisa diremehkan, terutama dalam menjangkau generasi Z yang dikenal sebagai generasi digital. Melalui karya seni visual, musik, teater, dan film, pesan-pesan mengenai kedaulatan dan konflik di Laut Cina Selatan dapat disampaikan dengan cara yang lebih emosional dan personal. Contohnya, pameran seni yang menggambarkan kehidupan nelayan lokal yang terancam oleh klaim teritorial asing dapat menggugah rasa empati dan kepedulian Gen Z. Begitu pula, lagu-lagu bertema nasionalisme atau film dokumenter tentang sejarah dan pentingnya Laut Cina Selatan bagi Indonesia dapat menjadi sarana edukasi yang menarik bagi mereka. Dengan memanfaatkan media sosial sebagai platform utama, seni dan budaya dapat menjangkau dan mempengaruhi pandangan Gen Z secara efektif, membangkitkan kesadaran akan pentingnya mempertahankan kedaulatan negara di wilayah strategis ini.