Lihat ke Halaman Asli

Peneliti Menemukan Meteorit yang Umurnya Lebih Tua daripada Umur Bumi

Diperbarui: 19 Januari 2016   10:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Meteorit yang ditemukan oleh Professor Bland. (Foto: Curtin University)"][/caption]

Beberapa minggu yang lalu saat orang lain diseluruh dunia bersiap untuk merayakan malam tahun baru, Professor Phil Bland seorang planetary geologist dari Curtin University bersama timnya menelusuri sebuah gurun di Australia untuk menemukan dan menggali sebuah meteorit yang sangat berharga.

Meteorit adalah batu dari luar angkasa yang jatuh dan telah mencapai permukaan planet Bumi. Apabila batu tersebut telah menembus atmosfer bumi tetapi belum mencapai permukaan bumi maka batu tersebut dinamakan meteor. Batu tersebut jatuh karena ditarik oleh gravitasi Bumi, ketika batu ini memasuki atmosfer bumi terjadi gesekan udara di lapisan ionosfer sehingga menyebabkan batu ini menjadi panas dan terbakar menimbulkan cahaya terang sehingga kadang kala kita Indonesia menyebutnya bintang jatuh.

Professor Bland dan timnya mulai mencari keberadaan meteorit tersebut setelah jaringan teknologi kamera canggih dari Desert Fireball Network milik Curtin University menangkap jatuhnya meteorit tersebut. Setelah mencari selama 3 hari akhirnya mereka menemukannya setelah menggali di sebuah dasar Danau Eyre yang mengering dan berlumpur di Australia selatan.

Meteorit ini sangat penting karena dapat menyimpan petunjuk sejarah dari sistem tata surya kita. "Masih banyak lagi meteorit yang harus kita temukan, dan setiap meteorit tersebut memberi kita jendela untuk melihat formasi pada sistem tata surya kita. Meteorit yang berjenis chondrite tersebut merupakan sebuah contoh material pada saat formasi awal sistem tata surya kita mulai terbentuk lebih dari 4,5 milyar tahun yang lalu", kata Bland dalam pernyataannya.

Berikut video dokumentasi Bland dan timnya saat berusaha mencari dan menemukan meteorit tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline