Jakarta, 24 April 2024 - Konflik Israel dan Palestina adalah salah satu konflik paling panjang dan kompleks dalam sejarah modern. Permasalahan ini memiliki akar yang mendalam, dimulai dari akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Berbagai faktor, termasuk perbedaan agama, etnis, dan politik, telah berkontribusi pada perselisihan ini. Dukungan negara-negara Barat terhadap Israel juga merupakan aspek penting yang mempengaruhi dinamika konflik ini.
Akar Konflik
Konflik Israel dan Palestina berawal pada akhir abad ke-19 ketika gerakan nasionalis Yahudi, yang dikenal sebagai Zionisme, mulai mengadvokasi pemulangan Yahudi ke tanah air mereka, yang saat itu berada di bawah kendali Kekaisaran Ottoman. Pada saat yang sama, nasionalisme Arab juga tumbuh di wilayah itu, dan bentrokan pertama antara kelompok-kelompok ini terjadi.
Ketika Inggris menguasai wilayah tersebut setelah Perang Dunia I, mereka mendukung pembentukan negara Yahudi melalui Deklarasi Balfour. Namun, Inggris juga menjanjikan kemerdekaan kepada rakyat Palestina. Ketegangan semakin meningkat hingga pada tahun 1947, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengusulkan pemisahan wilayah tersebut menjadi negara Yahudi dan Arab.
Perang dan Pembentukan Israel
Pada tahun 1948, ketika Inggris meninggalkan Palestina, Israel mendeklarasikan kemerdekaannya. Konflik bersenjata segera meletus antara Israel dan negara-negara Arab sekitarnya. Israel berhasil mempertahankan kemerdekaannya dan memperluas wilayahnya melampaui garis yang diusulkan oleh PBB.
Pendudukan Wilayah Palestina
Sejak perang tahun 1967, Israel telah menduduki wilayah Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza. Pendudukan ini telah menjadi sumber utama ketegangan, dengan Israel membangun permukiman di wilayah yang dianggap ilegal oleh masyarakat internasional.
Dukungan Negara-Negara Barat