Lihat ke Halaman Asli

rizkinur fatimah

Universitas Airlangga

Bung Tomo dan Nasionalisme

Diperbarui: 16 Desember 2024   09:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketika berbicara tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia, nama Bung Tomo selalu menjadi simbol keberanian yang tak lekang oleh waktu. Sosok ini lebih dari sekadar pahlawan nasional; ia adalah penggerak semangat nasionalisme yang mampu membakar jiwa rakyat melalui kata-kata dan tindakan nyata.

Sebagai orator ulung, Bung Tomo membuktikan bahwa suara bisa menjadi senjata paling ampuh dalam perang melawan penjajah. Orasinya yang bergema di Radio Pemberontakan pada 10 November 1945, di tengah Pertempuran Surabaya, menjadi bukti bahwa kepemimpinan bukan hanya soal senjata, tetapi juga tentang menyatukan hati rakyat dalam satu tujuan. Ia menyuarakan semangat "Merdeka atau Mati!" yang kini menjadi warisan tak ternilai bagi bangsa.

Namun, perjuangan Bung Tomo tidak berhenti setelah kemerdekaan diproklamasikan. Ia tetap berdedikasi pada nilai-nilai demokrasi dan keadilan, bahkan ketika harus berhadapan dengan penguasa. Pada masa pemerintahan Sukarno, Bung Tomo mengkritik pembubaran Konstituante yang dianggap mencederai prinsip demokrasi. Di era Orde Baru, ia kembali menunjukkan keberaniannya dengan menentang proyek-proyek yang dinilai tidak berpihak pada rakyat, seperti pembangunan Taman Mini Indonesia Indah. Sikapnya yang tegas membuatnya dipenjara pada tahun 1978, tetapi ia tetap setia pada prinsip kebenaran hingga akhir hayatnya.

Apa yang dapat kita pelajari dari Bung Tomo di masa kini? Pertama, keberanian untuk berdiri melawan ketidakadilan, apa pun konsekuensinya. Bung Tomo tidak hanya melawan penjajah, tetapi juga mempertahankan demokrasi dan kesejahteraan rakyat. Ia mengingatkan kita bahwa kepemimpinan sejati adalah keberanian untuk memihak yang benar, bahkan ketika itu berarti menghadapi risiko besar.

Kedua, pentingnya media sebagai alat perubahan. Bung Tomo menggunakan radio dan media cetak untuk menyebarkan semangat perjuangan. Di era digital sekarang, media memiliki peran yang lebih luas, tetapi juga tantangan yang lebih besar. Apakah kita telah memanfaatkannya dengan bijak untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan, atau justru terjebak dalam arus disinformasi yang memecah belah?

Bung Tomo juga mengajarkan bahwa nasionalisme bukan hanya soal mencintai negara, tetapi juga soal memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Ia tidak ragu melibatkan diri dalam isu-isu sosial dan politik yang memengaruhi kehidupan rakyat. Dalam masyarakat yang sering kali terpecah oleh isu-isu politik dan sosial, semangat Bung Tomo mengajarkan kita bahwa persatuan adalah fondasi untuk mencapai tujuan besar.

Di tengah globalisasi yang kerap kali menenggelamkan identitas lokal, Bung Tomo adalah pengingat akan pentingnya menjaga nilai-nilai kebangsaan. Nasionalisme yang diperjuangkannya bukanlah nasionalisme yang sempit atau eksklusif, tetapi nasionalisme yang inklusif, yang menghargai keragaman dan mengutamakan kesejahteraan bersama.

Sebagai generasi penerus, kita punya tanggung jawab besar untuk menjaga api perjuangan itu tetap menyala. Jangan biarkan warisan semangat Bung Tomo hanya menjadi cerita sejarah. Kita harus menjadikannya inspirasi dalam menghadapi tantangan zaman, dengan keberanian, ketegasan, dan integritas. Dalam dunia yang semakin kompleks ini, kita membutuhkan lebih banyak pemimpin yang memiliki semangat seperti Bung Tomo—pemimpin yang tidak hanya bicara, tetapi juga berani bertindak demi kebaikan bersama.

Semangat perjuangan Bung Tomo adalah pengingat bahwa setiap individu memiliki peran dalam membangun bangsa. Tidak peduli besar atau kecil, tindakan kita hari ini akan menjadi bagian dari sejarah esok. Maka, mari kita bertanya pada diri sendiri: apa yang telah kita lakukan untuk menjaga dan memperjuangkan semangat kebangsaan yang diwariskan oleh Bung Tomo?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline