Lihat ke Halaman Asli

Bung Rizma

TERVERIFIKASI

Football Blogger - www.pengamatbola.id dan channel YouTube Bung Rizma

Setelah Kalah dari Malaysia

Diperbarui: 6 September 2019   10:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kamis 5 September 2019, Simon McMenemy datang ke Stadion Utama Gelora Bung Karno dengan mengenakan setelan jas berpadu kemeja putih dan dasi merah. Penampilan pria Skotlandia itu tampak rapi kala mendampingi Andritany dkk meladeni Malaysia dalam laga perdana kualifikasi Piala Dunia 2022.

Saya tidak ingat kapan terakhir kali kita mendapati Pelatih Timnas Indonesia tampil sangat rapi bak Manager klub elit Eropa saat berada di pinggir lapangan. Penampilan McMenemy adalah sebuah kemajuan besar dalam hal pencitraan kesan elegan untuk posisi paling bergengsi di level kepelatihan sepakbola Indonesia.

Sayangnya penampilan rapi nan elegan McMenemy tidak menular seutuhnya pada performa anak asuhnya diatas lapangan. Evan Dimas dkk hanya sanggup bermain rapi dan sistematis selama 70 menit laga terutama pada 45 menit pertama.

Pada babak pertama, Tim Garuda memperlihatkan alasan mengapa McMenemy adalah sosok yang pantas menggantikan Luis Milla usai timnas hancur lebur ditangan Asistennya Bimasakti. Evan Dimas dkk bermain rapi menyusun serangan sembari terus mengeksploitasi sisi sayap yang selama ini jadi andalan bahkan telah menjadi trademark timnas Indonesia.

Pergerakan Saddil Ramdani dan Andik Vermansyah pada sisi sayap pula yang mengawali dua gol dari Beto Goncalves. Pada gol pertama, penyerang gaek itu menuntaskan umpan cantik Saddil dari sisi kiri pertahanan Malaysia. Pada gol kedua gantian Andik yang menyampaikan umpan dari sisi kanan pertahanan Harimau Malaya.

Sederhananya, babak pertama menjadi dream come true bagi fans Merah Putih. Serangan sayap yang bikin deg-degan tim lawan sampai transisi bertahan dan menyerang yang mampu dikawal dengan baik oleh duo Evan Dimas dan Zulfiandi (terlepas dari kegagalan mengantisipasi operan terobosan pada gol pertama Malaysia).

Permainan Indonesia lantas mulai berubah ketika babak kedua dimulai dengan keunggulan 2-1 bagi Andritany dkk. Seperti orang yang terbangun dari mimpi indah lalu tidur lagi dan kali ini mendapati mimpi buruk, kinerja timnas Garuda perlahan tapi pasti membuat doa pendukung timnas menjadi lebih kencang. "Ya Tuhan, kok gini amat babak kedua yah. Main jadi jelek dan diserang terus. Please Ya Tuhan, biarin deh Indonesia ga bikin gol lagi tapi jangan sampai skornya jadi sama".

Sayang seribu sayang, doa itu tidak makbul. Mungkin inilah azab membeli tiket dari Calo atau malah masuk stadion tanpa tiket. Malaysia menyamakan skor lewat sebuah skema umpan silang yang gagal diantisipasi barisan pertahanan Indonesia.

Kondisi Indonesia secara keseluruhan tidak membaik usai gol tersebut. Parahnya lagi, penyakit "kampungan bin norak" sejumlah oknum pendukung Indonesia mulai kambuh. 

Dalam kondisi Evan Dimas dkk terus ditekan Malaysia, bukannya memberikan semangat kepada pemain di tengah lapangan, beberapa oknum pendukung timnas malah "gatel" kepengen turun bertanding juga melawan Malaysia, dalam hal ini adalah "bertanding"melawan pendukung tim tamu.

Kericuhan sempat pecah meski hanya beberapa menit dan sempat membuat laga terhenti. Bak mendapatkan karma karena Pendukungnya tidak bisa melayani Suporter tamu dengan baik, pertahanan Indonesia akhirnya jebol lagi untuk ketigakalinya. Kali ini bahkan terasa sangat menyakitkan karena gol kemenangan Malaysia tercipta pada menit 90+7 alias terjadi pada masa injury time.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline