Lihat ke Halaman Asli

Rizki Mubarok

Mahasiswa

Prinsip Goldilocks: Mengambil Jalan Tengah adalah yang Terbaik

Diperbarui: 24 Mei 2024   07:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

"It always seems impossible until its done" ---Nelson Mandela

Ada aturan dalam hidup yang perlu kita ketahui, bahwa setiap harinya selalu ada hal baru yang akan kita hadapi, entah hal baik ataupun hal buruk. Tentu, semua orang di dunia ini menginginkan hal terbaik di dalam hidupnya. Wajar, tidak ada manusia yang ingin hidupnya menderita. Tidak ada juga satupun manusia yang ingin kegagalan. Oleh karena itu, trial and error menjadi salah satu cara yang dilakukan seseorang untuk bisa mencari kemanakah jalan yang akan dilalui untuk kedepannya.

Menurut survei yang dilakukan oleh UNICEF dan Gallup, bahwa 80 persen anak dan pemuda di Indonesia percaya bahwa dunia akan semakin baik kedepannya. Akan tetapi, secara bersamaan, hampir 29 persen mengalami depresi atau kekurangan minat untuk melakukan hal apapun. Hal ini mengingat populasi penduduk yang semakin meningkat, ditambah --menurut data dari Susenas pada tahun 2023--ada sekitar 64,17 juta jiwa pemuda di Indonesia. Tentu, ini menjadi bumerang bagi Indonesia sendiri dalam mempersiapkan Bonus Demografis pada tahun 2045.

Lalu, apa kaitannya dengan tema yang akan kita bahas?

Ya. Banyaknya populasi pemuda di Indonesia menjadikan makin ketatnya persaingan di beberapa sektor, baik di sektor pendidikan, peluang kerja, peluang usaha, dsb. Selain itu, perkembangan teknologi yang begitu cepat membuat manusia secara lambat laun akan dikalahkan oleh mesin, jika manusia tidak memiliki kompetensi dan kapasibilitas yang mumpuni. Alhasil,respon mayoritas penduduk Indonesia melihat data tersebut menjadi pesimis.

Tak perlu khawatir kawan. karena tulisan saya akan membahas solusi dari keadaan tersebut.

Oke, saya mulai dengan salah satu teori yang bernama Goldilocks.

Prinsip Utama Goldilocks

Asal mulanya, prinsip ini lahir dari analogi antara Goldilocks (seorang gadis muda) dan Tiga ekor beruang yang sedang mencicipi bubur yang berbeda dan mendapati dirinya yang lebih menyukai bubur yang tidak terlalu panas dan dingin tetapi memiliki rasa yang tepat. Konsep "rasa yang pas" ini lah yang kemudian menjadi disiplin ilmu yang membuat manusia tidak harus berlebihan dalam segala hal.

Jika ditarik ke prinsip way of life, kita seringkali merasakan demotivasi setelah mengetahui realita yang sebenarnya. Maksudnya adalah kita mengetahui bahwa kedepan akan ada persaingan yang begitu ketat untuk menghadapi berbagai sektor. Akan tetapi, sudut pandang yang kita lihat bukan hal yang dapat kita kendalikan, tetapi lebih melihat aspek hal yang tidak perlu kita pikirkan.

Dalam buku Atomic Habits, saya mendapatkan secercah harapan bahwa Demotivasi sering terjadi ketika kita tidak memahami apa yang sedang kita lakukan. Contohnya, jika kita ingin menjuarai sebuah pertandingan sepakbola. Kita harusnya melatih diri kita dengan berolahraga, latihan dribble, passing, dsb. Fokus kuta pada apa yang harus kita siapkan dan tingkatkan. Lawan kita siapa, postur tubuh nya seperti apa, hal itu merupakan faktor lain yang tidak perlu kita pikirkan. Just do what you want do!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline