Halo fren, gua mau sedikit bercerita hasil perjalanan gua ke salah satu kampung "terpencil" di ujung barat kota Bandung. Bagaimana kisahnya? lemme ta talk about my experience Gua berangkat pada hari Selasa 16 April 2024. Sebenarnya tidak pernah menyangka gua bisa nge datengin tempat ini, alhamdulillah berkat pekerjaan gua bisa dipertemukan oleh orang orang baik di kampung ini.
Perjalanan gua pada waktu itu adalah ke Kampung Garunggang Hilir, Desa Sirnajaya, Kabupaten Bandung Barat. Bisa dibilang sekitar 3-5 km dari Kecamatan Gunung Halu lah ya.
Setelah gua menjalankan tugas pekerjaan, gua beristirahat di salah satu rumah di Desa Garunggang Kaler. Namanya Kang Zaenal atau Pak Ustad (sebutan akrab beliau). Rumahnya sangat minimalis sekali yang dibangun dengan kayu papan dan dibawah serta sebelah kanan nya ada kolam ikan miliknya.
Sepanjang jalan menuju rumahnya, gua menjumpai beratus hektar lahan perkebunan yang dikelola oleh salah satu perusahaan milik swasta dan perhutani. Jalan yang sangat rusak membuat perjalanan gua membuat motor gua rada sulit untuk menuju kesana. Maklum, penduduk disini rata rata motor rakitan yang khusus dipakai di tempat terjal seperti ini.
Lanjut ke cerita tadi. Sekitar 1-2 km dari rumahnya gua menjumpai ke salah satu Kampung yang bernama Garunggang Hilir. Kang Zaenal menceritakan bahwa kampung tersebut seperti kampung private. Karena untuk mencapai ke kampung tersebut gua perlu melewati jalanan terjal yg sangat sulit menggunakan kendaraan dan harus melewati sungai yang disekelilingnya akan disuguhi pemandangan perkebunan dan hutan yang sangat indah.
Perlu waktu 30 menitan bagi gua untuk menuju kesana, karena ketika ingin kesana kita harus sangat hati hati. Sebab, jalan yang dilalui hanya setapak dan kanan kiri nya merupakan jurang.
Kampung Garunggang Hilir, dengan jumlah rumah tidak lebih dari 30 rumah benar benar seperti kampung private. Sebab, keseharian penduduknya bekerja di ladang miliknya atau miliki orang lain yang ada disana.
Oiya, komoditas utama untuk mata pencaharian mereka adalah sebagai petani sereh. Ada sebuah tempat untuk mengelola perkebunan sereh yang kemudian hasilnya akan diproduksi menjadi minyak atau sabun sereh.
Dari hasil pemantauan gua di tempat kerja Pak Dayat (salah satu warga disini), sereh yang diproduksi ada dua, yaitu sereh alami dan sereh wangi. Biasanya pemiliknya tidak memperjualbelikan ke pasar akan tetapi akan langsung mengekspor hasil sereh tersebut ke beberapa negara di luar Indonesia.
Harga nya sangat terjangkau sekali, untuk satu kuintal sereh (belum di olah) itu seharga 50-100 ribu dan untuk hasil sereh yang dikelola bisanya per kilo nya dibandrol seharga 150 ribu. Perlu 5 kuintal sereh untuk menghasilkan 3-4 kilo sereh.