Lihat ke Halaman Asli

RIZKI FEBY WULANDARI

Mencoba menyelaraskan kata dan laku.

Aku Mengaku Menyerah dengan Rencanaku: Menerima Takdir Terbaik dari-Mu

Diperbarui: 11 November 2022   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pe

Oleh: Rizki Feby Wulandari

Teruntuk Jodohku yang tidak tahu ada di mana, bernama siapa, sudah bersua tidaknya, dan tentunya masih menjadi rahasia.

Seorang yang entah siapa yang akan berlabuh dalam hati ini untuk yang terakhir. Sampai akhir dan awal kehidupan setelah kematian. Mungkin aku terlalu lancang, menyebutmu sekarang sedangkan ajal tidak memberi bocoran.

Entah kita dipersatukan di dunia sekarang atau di akhirat kemudian. Aku hanya ingin menuliskan carut-marut hati saat ini. Menulis memang senjata paling ampuh untuk meluluhkan waktu dan menerobos masa depan.

Cinta, jika kita memandangnya sebagaimana idealnya, kurasa kapanpun ia datang, menghinggapi hati siapapun, dan tiba-tiba bertemu di scene kehidupan bagian apa. Semua terlaksana betapa indahnya. Kata penyesalan seharusnya tidak keluar dari mulut para pecinta yang ulung.

Kita hari ini merupakan akumulasi keinginan, keputusan, harapan/ekspektasi, bahkan prinsip masa lalu yang berserakan lalu kita pungut dan tetapkan. Teruntuk para pengembara cinta yang sedang mencari cinta sejatinya silakan saja, asal risiko dan tantangan yang kisanak ambil worth it dengan pembelajaran yang kisanak dapat.

Teruntuk pengabdi cinta sejati yang memilih menunggu sang pangeran atau bidadari idaman. Menanti ia menghampiri lalu kisanak mempersembahkan kesucian cinta masih terjaga. Sungguh, hal itu sangat mulia jangan beranggapan bahwa hanya Kesia-siaan belaka. Bahkan Tuhan juga telah menjanjikan dalam kalam-Nya.

Sejauh apa perjalanan yang kita tempuh sebagai bentuk ikhtiar menggenapkan setengah iman yang belum disatukan. Semua akan berbuah manis. Asalkan sobat mojok, tidak melanggar larangan-Nya dan menodai kesucian cinta itu sendiri.

Jika pilihan yang Sobat Kompasiana ambil ialah untuk menjaga kesucian-Nya. Yaa lanjutkan dengan perjuangan mulia itu, ingat janji Tuhan Mu itu pasti. Meskipun ada dua versi, jodoh adalah cerminan diri, atau jodoh memiliki sifat berkebalikan untuk saling melengkapi.

Pesan saya untuk pengembara cinta dan penjaga hati jangan pernah menyesali sejelek atau sebrengsek persinggahan yang hadir. Ia akan menjadi hal baik, jika kita bijaki dengan mengambil pelajaran sejak dini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline