Lihat ke Halaman Asli

Kenapa Harus "Sarjana"???

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku selalu bingung dengan semua peraturan yang dibuat,bingung dengan aturan yang menurutku kadang tidak masuk akal. Tidak hanya satu atau dua aturan saja, tapi hamper semuanya memiliki aturan, ya…. Seperti yang pernah aku dengar, kalau nggak mau diatur ya gak usah hidup! Sebegitu kejamkah?

Dan kata siapa jadi pengangguran itu enak? Setiap hari hanya bisa diam mengurung diri didalam kamar kost nan kecil bercengkrama dengannyamuk – nyamuk atau pontang – panting kesana kemari mencari pekerjaan dengan memegang ijazah SMA, belum lagi penolakan baik itu secara halus maupun kasar.

Setiap awal bulan harus bersembunyi dari kejaran ibu kost dan hutang di warung karna belum punya uang untuk membayarnya. Gimana mau dapat uang kalau belum kerja? Cari kerja donk! Udah nyari kerja, tapi nggak diterima,alasannya Cuma satu ijazah yang gak sesuai dengan syarat.

Jadi harus bagaimana? Setiap lowongan pekerjaan yang ada semua hanya untuk mereka yang mempunyai pendidikan yang tinggi, harus sarjana atau minimal D3! Kenapa harus begitu? Kenapa harus sarjana yang lebih di utamakan? Kenapa bukan mereka yang berpotensi dan berkemauan?

Banyak kok karyawan tamatan SMA yang lebih produktif daripada mereka yang sarjana! Banyak juga karyawan tamatan SMA yang lebih sukses daripada mereka yang sarjana,lalu mengapa tamatan SMA selalu di posisikan pada nomor sekian pulah bahkan mungkin pada nomor keseratus!

Kenapa harus selalu Sarjana yang di utamakan, setiap mau mendaftar lowongan pekerjaan, seorang pelamar terlebih dahulu ditanya “Lulusan apa?” dijawab “SMA mbak”, “SMA Pak”, “SMA bu” reaksinya apa saat mendengar itu? CV ditutup dan “Maaf kami hanya menerima karyawan yang telah Sarjana!”

Lalu kapan ada kesempatan bagi mereka yang tidak mampu melanjutkan pendidikan karna tidak ada biaya? Bagaimana harus menjadi sarjana kalau untuk makan saja harus pontang panting, melalui beasiswa? Faktanya dari 1000 calon mahasiswa yang membutuhkan beasiswa, pemerintah hanya mampu memberikan 10 beasiswa kepada mereka! Belum lagi permainan dibelakang layar yang membuat semua berubah, dari 10 beasiswa yang tersedia tersebut 7 diantaranya diberikan kepada mahasiswa yang sebenarnya kaya, yang mempunyai agen tersembunyi dibelakang layar.

Lalu bagaimana nasib yang tidak mendapatkannya? Tidak heran kalau marak terjadi perampokan, penganiayaan juga pelacuran! Semua dilakukan demi sesuap nasi agar bisa tetap bertahan hidup. Mau nyari kerja gimana? Bukan sarjana….

Sepertinya memang orang miskin tidak hanya dilarang sakit dan sekolah tapi juga tidak boleh mendapatkan pekerjaan yang lebih layak! Orang miskin harus tetap menjadi budak mereka yang hidup berkecukupan bahkan bisa dibilang hidup mewah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline