Lihat ke Halaman Asli

Hanya Masyarakat Bodoh yang Menonton Sinetron

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

"Hanya Yogya yang punya gudeg dan Padang dengan rendangnya. Dan hanya masyarakat bodoh yang menonton sinetron remaja yang seperti itu" ujar Slamet Raharjo, sutradara yang juga aktor senior Indonesia, saat menyampaikan tanggapannya atas "potret sinetron remaja di Indonesia saat ini" dalam acara seminar "Wajah Buram Sinetron Remaja Indonesia", di Kampus Universitas Paramadina Jakarta.

Oleh sebab itu Slamet Raharjo menyambut baik upaya kalangan perguruan tinggi yang peduli terhadap sinetron Indonesia dan film Indonesia pada umumnya lalu melakukan penelitian yang mendalam. Penelitian itu, katanya, menjadi penting dan harus menjadi pegangan untuk melakukan tindak lanjut." Terlalu banyak catatan yang bernilai negatif terhadap dampak yang diberikan oleh sinetron remaja Indonesia pada saat ini, terlebih pada perkembangan anak-anak dan remaja Indonesia" ujar lelaki kelahiran Serang, Banten, 21 Januari 1949 itu. Slamet menjelaskan, film dan sinetron yang ada sekarang termasuk sinetron remaja merupakan penggambaran atas realitas kehidupan yang disajikan dalam bentuk karya seni akting di dalam pertelevisian.

Sinetron remaja yang berkualitas menurutnya adalah sinetron yang mengikuti kaidah-kaidah dan memiliki pijakan azas sinematographi yang jelas, selain estetika yang baik.Tetapi, aktor yang pernah main dalam film Badai Pasti Berlalu (2007) film remark judul yang sama produksi 1977 itu melihat begitu banyak produk sinetron atau film remaja yang membodohi masyarakat yang tidak bisa dibiarkan terus berlangsung.

Terhadap fenomena itu, katanya, harus ada yang bertanggung jawab, dan pihak yang seharusnya bertanggung jawab ialah Presiden dan kalangan inteltual."Jangan hanya menonton dan membiarkan semuanya seakan tidak pernah terjadi sesuatu yang salah. Ayo bertindak! Jangan berhenti hanya sebatas wacana dan data-data saja" ujar sutradara film Telegram (2000) itu. Peraih Pila Citra ini juga menegaskan bahwa selain harus ada yang bertanggung jawab juga harus ada kerjasama antara pihak akademis dan praktisi agar pertelevisian Indonesia dapat menyajikan tontonan yang sehat dan mendidik untuk perkembangan anak-anak dan remaja.
Mari perbaiki sinetron,,masa bangsa asing yang bikin sinetron,,yah walopun crewnya asli orang sini tetapi otaknya(produser) bangsa asing,,pantesan aja, dia khan gak ngerti sama budaya kita...bagaimana setuju ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline