Lihat ke Halaman Asli

M Riski Aulia

Mahasiswa

Teori Empati dari Martin Hoffman

Diperbarui: 20 Januari 2025   12:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Martin Hoffman merupakan seorang psikolog perkembangan, mengembangkan teori empati yang menjelaskan bagaimana kemampuan empati manusia berkembang dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Empati, menurut Hoffman, adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan emosi orang lain, serta meresponsnya secara moral. Hoffman memandang empati sebagai dasar penting bagi perilaku moral dan hubungan sosial yang sehat.

Teori Hoffman mencakup empat tahap perkembangan empati:

1. Empati Global (Usia 0-1 Tahun)

Pada tahap ini, bayi menunjukkan respons emosional yang belum terfokus. Jika mereka melihat orang lain menangis, mereka juga akan menangis, tetapi respons ini lebih berupa refleksi emosional daripada pemahaman yang mendalam.

2. Empati Egosentris (Usia 1-2 Tahun)

Anak-anak mulai menyadari bahwa emosi orang lain berbeda dari emosi mereka sendiri. Namun, mereka masih cenderung memproyeksikan perasaan mereka ke orang lain. Misalnya, jika melihat seseorang sedih, mereka mungkin menawarkan mainan favoritnya sebagai bentuk penghiburan, yang mencerminkan pemahaman mereka yang terbatas.

3. Empati untuk Perasaan Orang Lain (Usia 2-10 Tahun)

Anak-anak mulai memahami bahwa emosi orang lain dapat berasal dari pengalaman atau situasi spesifik. Mereka mampu memisahkan perasaan pribadi dari perasaan orang lain, sehingga respons empati menjadi lebih tepat.

4. Empati Berbasis Prinsip (Usia Remaja dan Dewasa)

Pada tahap ini, empati tidak hanya terbatas pada individu, tetapi juga mencakup kelompok atau masyarakat secara umum. Orang dewasa mulai memikirkan isu-isu moral dan keadilan yang lebih luas, seperti kemiskinan atau diskriminasi, dan menunjukkan kepedulian terhadap orang-orang yang tidak mereka kenal secara langsung.

Hoffman juga menyoroti mekanisme empati, seperti mimicry (meniru emosi orang lain), conditioning (asosiasi emosi tertentu dengan situasi), dan perspective-taking (kemampuan memahami sudut pandang orang lain). Ia menekankan bahwa empati tidak hanya dipengaruhi oleh faktor biologis, tetapi juga oleh lingkungan sosial dan pengalaman individu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline