Lihat ke Halaman Asli

Rizki Ardi

Penulis dan praktisi kehidupan

Orang Baik Mah Baik Aja

Diperbarui: 10 Juli 2023   21:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pernah dengar ungkapan ini? "Orang jahat terlahir dari orang baik yang tersakiti". Benarkah seperti itu? Apakah setiap kejahatan harus dibalas dengan kejahatan juga? Apakah layak kejahatan dibalas dengan kebaikan? Apakah orang baik akan tetap baik meskipun dijahati? Tentunya tulisan singkat ini tidak akan menjawab semua pertanyaan tersebut secara tuntas dan mendalam. Namun paling tidak dapat memicu kita untuk berpikir kembali mengenai pertanyaan-pertanyaan diatas.

Dalam kehidupan ini tentu akan ada pahit dan getir. Kita mungkin pernah disakiti, dikecewakan, bahkan didzalimi. Kita mungkin pernah atau akan dihadapkan pada perlakuan yang tidak baik dari orang lain. Jadi bagaimana kita menyikapinya tatkala itu terjadi? Balas menyakiti, menyimpan benci dan dendam, atau tetap berbuat baik? Satu hal yang pasti, hukum alam semesta masih berlaku bahwa kebaikan akan selalu membuahkan kebaikan. Sebagaimana Allah katakan dalam kalamNya yang mulia bahwa "Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula)." (QS. Ar-Rahman 55: Ayat 60)

Sudah menjadi kepercayaan umum bahwa orang baik cenderung mendapatkan perlakuan buruk dari orang jahat. Mereka dianggap lemah dan mudah dipermainkan. Namun, penulis percaya bahwa karakter sejati dari orang baik tidak ditentukan oleh bagaimana mereka diperlakukan, melainkan oleh nilai-nilai yang mereka anut dan praktek yang mereka lakukan.

Mungkin saja ada beberapa orang yang awalnya baik namun berubah menjadi jahat akibat perlakuan buruk yang mereka terima. Namun, pandangan ini perlu diperjelas dan dipahami dengan baik. Orang jahat tidak terlahir dari orang baik yang tersakiti, mereka memiliki pilihan untuk tetap baik atau berubah menjadi jahat. Ini adalah pilihan yang dibuat oleh individu, dan tidak dapat dijadikan pembenaran untuk menghukum semua orang baik dengan prasangka yang tidak adil.

Sebagai seorang Muslim, penulis ingin mengutip dua sumber yang sangat penting dalam menjelaskan argumen ini. Pertama, Al-Qur'an Surah Al-Hajj ayat 60 yang berbunyi: "Perhatikanlah bahwa Allah tidak berbuat zalim kepada mereka (yaitu membalas perlakuan buruk), tetapi merekalah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri." Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa pilihan berbuat zalim, seperti membenci, mendendam, membalas kejahatan dengan kejahatan. Itu muncul dari diri orang itu sendiri. Bukan semata disebabkan oleh kondisi dan situasi yang Allah ujikan kepada orang tersebut.

Dalam hadist Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda, "Percayalah, sebanyak apa pun dunia ini berusaha membuatmu keras hati, tetaplah lembut seperti sekuntum bunga," (HR. At-Thabrani). Hadist ini mengajarkan kepada kita untuk tetap setia pada hati yang lembut, meskipun kita menghadapi perlakuan yang tidak adil. Ini adalah bentuk kebaikan yang utama yang perlu kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Seorang yang bijaksana adalah seseorang yang mampu mempertahankan kebaikan bahkan ketika mereka diperlakukan dengan tidak baik. Mereka tidak mengizinkan perlakuan buruk orang lain merusak hati dan jiwa mereka. Mereka mengerti bahwa membenci kembali dengan kejahatan hanya akan membuat dunia semakin penuh kebencian.

Salah satu contoh yang dapat kita jadikan panutan adalah sikap bijaksana Rasulullah Muhammad SAW. Dalam banyak kesempatan, beliau menerima perlakuan buruk dengan hati yang lapang dan tetap memperlakukan pelakunya dengan kasih sayang. Pernah suatu saat, ketika Rasulullah sedang beribadah di Ka'bah, seorang musuhnya datang dan mencoba menyesatkan beliau dengan menghina dan melemparinya dengan sampah. Namun, Rasulullah tetap tenang dan tidak mengizinkan amarah menguasainya. Sikap beliau ini berhasil mengubah hati dan pikiran musuhnya, dan dia akhirnya memeluk Islam.

Penelitian psikologi juga telah menunjukkan bahwa kebaikan memiliki dampak yang jauh lebih besar daripada kejahatan. Sebuah penelitian oleh University of California, Berkeley menemukan bahwa tindakan kebaikan dapat mempengaruhi sikap orang lain dan memunculkan siklus saling membantu. Altruisme bukan hanya memberikan manfaat bagi penerima, tetapi juga bagi pemberi dan bahkan orang-orang di sekitarnya. Begitu kuatnya dampak kebaikan sehingga penelitian ini menemukan orang-orang yang melakukan tindakan kebaikan secara konsisten cenderung hidup lebih lama dan lebih bahagia.

Marquis de Lafayette, salah satu tokoh terkenal dalam sejarah Amerika menyatakan, "Memulai hari dengan sikap rendah hati dan bertindak dengan rasa hormat terhadap orang lain akan mendatangkan sukacita dan keberuntungan yang berlipat." Kata-kata bijak ini menyerukan pentingnya tetap baik meskipun diperlakukan dengan tidak baik. Sikap rendah hati dan penuh hormat akan membuka pintu-pintu baru yang indah dalam hidup kita.

Membawa kita kembali kepada pemikiran awal, orang baik tetaplah berbuat baik meskipun perlakuan buruk yang mereka terima. Meskipun mereka pernah tersakiti, pernah dikecewakan, pernah didzalimi, tetapi mereka adalah pribadi yang mantap dalam kebaikan dan memiliki kemampuan untuk memperbaiki dunia dengan kebaikan mereka. Gagasan bahwa orang jahat terlahir dari orang baik yang tersakiti adalah mitos yang perlu kita koreksi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline