Lihat ke Halaman Asli

Pragmatik dan Kesantunan Berbahasa Siswa di Sekolah

Diperbarui: 14 Maret 2023   12:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penulis: Rizki Aprilia Nur Afifah dan Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.

Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak luput dari kegiatan berkomunikasi karena kunci manusia dapat berinteraksi adalah adanya komunikasi, baik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Bahasa berfungsi sebagai sarana berlangsungnya komunikasi. Dalam berbahasa, banyak aspek yang harus dipelajari supaya kita dapat berkomunikasi dengan baik. Aspek-aspek tersebut salah satunya sikap bahasa yang baik. Ketika sedang berkomunikasi, kita harus menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya konflik.

Pragmatik dalam kajiannya membahas kesantunan berbahasa. Kesantunan berbahasa merupakan sebuah sudut pandang dari pragmatik dan sosiolinguistik. Hal ini didasarkan pada realita bahwa kesantunan berbahasa berkaitan dengan tingkah laku berbahasa manusia di lingkungan masyarakat. Ketika berbicara, masyarakat harus memperhatikan sopan santun agar tujuan komunikasi tercapai dan tidak ada orang lain yang tersinggung dengan tuturan dari penutur.

 Seiring perkembangan zaman, kesantunan berbahasa perlahan mulai luntur, terutama di kalangan anak-anak dan lingkungan menjadi faktor utama yang mempengaruhi kesantunan berbahasa anak. Banyak anak yang kurang santun dalam bertutur, entah itu kepada teman sebaya bahkan kepada orang yang lebih tua. Orang tua di rumah dan guru di sekolah berperan penting dalam membentuk kepribadian anak yang santun karena anak akan menirukan apa yang mereka lihat dan mereka dengar. Misalnya, orang tua yang memberi contoh kurang baik kepada anak dalam bertutur, anak akan menirunya.

Di lingkungan sekolah, guru seharusnya lebih memerhatikan peserta didiknya dan memberikan kesadaran kepada mereka untuk bisa mengendalikan tuturan mereka. Sekolah adalah tempat untuk menuntut ilmu dan pembentukan karakter. Interaksi dalam proses pembelajaran membutuhkan kesantunan berbahasa. Namun, kenyataannya, banyak ditemui peserta didik yang tidak sopan dan santun ketika bertutur. Contohnya, ketika nilai hasil ulangan dibagikan dan ada siswa yang tidak puas dengan nilainya akan muncul tuturan tidak sopan, seperti menyebutkan berbagai jenis nama binatang dengan nada tinggi dan tidak sesuai dengan konteks. Kemudian, ada saat di mana peserta didik tidak menggunakan bahasa formal ketika berbicara dengan gurunya. Padahal, guru adalah orang tua siswa di sekolah yang harus dihormati dengan berbicara santun. Oleh karena itu, mempelajari pragmatik dan kesantunan berbahasa penting dilakukan supaya maksud tuturan yang disampaikan akan tersampaikan dengan jelas dan tuturan itu juga akan semakin santun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline