Corong sinar bulan menandai kepulangan; setelah sekian surya yang jalang melapisi sengatan pada tetes peluh kita; aku dan kau termangu melihat keramaian dalam sebuah wadah bersama, ruang publik yang menyediakan baju dan kecantikan, promo kekosongan dan keterasingan, yang hanya akan menghasilkan kerumunan yang kesepian.
Namun kita bersama dalam khidmat perayaan, membuktikan bahwa kehidupan harus kembali direbut bukan hanya dengan ilusi seraya menyerap karbondioksida.
Kita, yang sadar akan sia-sia, menolak kepatuhan yang berkata bahwa kebebasan adalah dosa. Sampai di separuh sepuluh pagi, kita menghilang dari selayang pandang dan harus kembali diembus pekatnya asap kendaraan dan panas semesta, seraya mengumpat dalam-dalam kepada segala keseakanan.
Diam aku termangu, terduduk layu di sebuah kursi kayu. Memandang lelah tarian yang membosankan pada malam-malam penuh pengasingan.
Sampai di sini, masihkah kau akan bersamaku sampai beberapa dasawarsa yang akan datang?