Lihat ke Halaman Asli

Rizki Muhammad Iqbal

Suka makan ikan tongkol

Puisi | Negasi dan Alasan

Diperbarui: 1 April 2020   00:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Ekspresionline.com

Corong sinar bulan menandai kepulangan; setelah sekian surya yang jalang melapisi sengatan pada tetes peluh kita; aku dan kau termangu melihat keramaian dalam sebuah wadah bersama, ruang publik yang menyediakan baju dan kecantikan, promo kekosongan dan keterasingan, yang hanya akan menghasilkan kerumunan yang kesepian.

Namun kita bersama dalam khidmat perayaan, membuktikan bahwa kehidupan harus kembali direbut bukan hanya dengan ilusi seraya menyerap karbondioksida.

Kita, yang sadar akan sia-sia, menolak kepatuhan yang berkata bahwa kebebasan adalah dosa. Sampai di separuh sepuluh pagi, kita menghilang dari selayang pandang dan harus kembali diembus pekatnya asap kendaraan dan panas semesta, seraya mengumpat dalam-dalam kepada segala keseakanan.

Diam aku termangu, terduduk layu di sebuah kursi kayu. Memandang lelah tarian yang membosankan pada malam-malam penuh pengasingan.

Sampai di sini, masihkah kau akan bersamaku sampai beberapa dasawarsa yang akan datang?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline