Lihat ke Halaman Asli

RIZKI HADI PRAYUDA

Mahasiswa Universitas Airlangga

Ancaman Lumpy Skin Disease pada Sapi Jelang Idul Adha

Diperbarui: 20 Juni 2022   15:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sebelum wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menyebar, Indonesia telah diserang oleh virus Lumpy Skin Disease tepatnya pada provinsi Riau. Lumpy Skin Disease (LSD) merupakan suatu penyakit pada sapi dan kerbau yang disebabkan oleh virus golongan poxviridae dan menyebabkan bentol-bentol pada kulit sapi dan kerbau. 

Virus ini menyebar melalui vector serangga penghisap darah seperti lalat, nyamuk, dan caplak/kutu. Selain itu, virus dapat menyebar melalui penggunaan jarum suntik yang berulang – ulang dan melalui jalur intra-uterine. Rouby dan Aboulsoud (2016) melaporkan bahwa infeksi virus dapat terjadi ketika induk sapi menyusui anaknya dan melalui kulit yang ada luka.

Gejala klinis yang terjadi pada sapi berupa demam yang mencapai suhu 41’5°C, sapi menjadi tidak nafsu makan, hipersalivasi, dan adanya bentol – bentol pada kulit diseluruh tubuh sapi. 

Bentol – bentol tersebut akan meninggalkan lubang yang sangat dalam sehingga nilai jual dari sapi akan menurun. Dampak yang ditimbulkan oleh virus ini sangat merugikan masyarakat meskipun virus ini tidak dapat menyebar ke manusia, tetapi virus ini berdampak pada ekonomi para peternak di Indonesia, apalagi sebentar lagi Indonesia akan merayakan hari raya Idul Adha. 

Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM, Prof. drh. Wasito, Ph.D., menyatakan bahwa daging sapi yang terserang oleh virus LSD tidak layak untuk dikonsumsi dikarenakan pada daging sapi yang terinfeksi sudah mengalami lack of nutrient asam amino yang digunakan virus untuk berkembang pada tubuh sapi. Kerugian lainnya dirasakan peternak sebagai berikut

  • Kerusakan kulit pada sapi sehingga nilai jual dari kulitnya akan menurun bahkan tidak laku untuk dijual
  • Berat badah sapi yang menurun drastis dan akhirnya harga sapi juga akan menurun
  • Produksi susu yang tidak optimal
  • Abortus dan ternak tidak fertil sementara sehingga sapi tidak bisa menghasilkan anak
  • Biaya untuk vaksinasi virus Lumpy Skin Disease dan pengobatan yang dikeluarkan oleh peternak cukup tinggi
  • Kematian ternak yang dapat merugikan peternak

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab virus ini dapat menginfeksi sapi seperti penerapan manajemen peternakan yang kurang baik sehingga virus dapat menyebar dengan cepat pada hewan ternak. Biosekuriti yang kurang baik  juga dapat menyebabkan virus berkembang di lingkungan ternak sehingga bisa menginfeksi secara tidak sadar. 

Selain itu, letak demografi juga memiliki peran dalam penyebaran virus LSD, ketika musim penghujan datang akan banyak genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya vector serangga penghisap seperti nyamuk. 

Dengan meningkatnya vector ini, peluang ternak terserang virus LSD akan semakin besar. Akhir – akhir ini juga terjadi lalu lintas hewan yang berasal dari negara tetangga masuk ke negara Indonesia baik secara legal dan illegal. 

Faktor lalu lintas tersebut juga bisa mengindikasikan penyebaran virus LSD, ketika sapi dari negara tetangga yang sakit masuk ke Indonesia tanpa pengawasan dan penanganan yang tidak tepat sehingga virus menyebar di Indonesia.

Virus ini bisa ditangani dengan program vaksinasi secara masal di perternakan rakyat sehingga bisa memutuskan penyebaran virus LSD. Penerapan biosekuriti yang baik juga merupakan upaya yang bisa dilakukan masyarakat untuk melawan virus LSD, seperti selalu memonitor hewan yang masuk ke peternakan, adanya ruang desinfektan untuk peternakan masuk ke dalam peternakan agar tidak membawa virus masuk, dan selalu memisahkan hewan ternak yang sakit.

Dibutuhkan sinergis antara pemerintah dan masyarakat untuk mencegah virus LSD ini menyebar ke Indonesia. Pemerintah harus tegas dalam menangani kasus penyakit hewan yang dapat merugikan masyarakat dan jika ditemukan kasus sesegera mungkin pemerintah mengambil tindakan untuk menanggulanginya seperti mengkarantina hewan tersebut, mengobati, dan menutup sementara lalu lintas masuknya hewan ke Indonesia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline