Sebagai wanita, kita seringkali dihadapkan pada permasalahan usia pernikahan, terlebih ketika kita sudah lulus S1. Usia dua puluhan ke atas adalah usia dimana pertanyaan ‘kapan menikah?’ adalah pertanyaan sangat lazim yang kadang membuat seorang wanita badmood dibuatnya. Bahkan, sebelum lulus kuliah, saat-saat semester akhir adalah godaan besar ketika menerima undangan resepsi pernikahan dari teman atau kakak tingkat, hingga waktu terasa begitu mendesak untuk segera menemukan pasangan hidup dan bersanding dipelaminan.
Disatu sisi, ketika sedang sendiri, kita begitu bersemangat ingin melanjutkan S2, apalagi melihat public figure yang mungkin menjadi idola kita, seperti Maudy Ayunda, Gita Gutawa, Cinta Laura, dan lainnya. Mereka seolah menjadi wanita sempurna, cantik, terkenal, sangat menomorsatukan pendidikan, sehingga kita ingin menjadi seperti mereka.
Baca juga: Ketika Stereotip (Masih) Menjadi Penghalang bagi Pendidikan Perempuan
Lalu bagaimana saya harus mempertimbangkan, apakah lanjut kuliah atau menikah dulu?
Ada beberapa pertimbangan yang mungkin bisa jadi pandangan sebelum mengambil keputusan ini, karena antara pendidikan dan menikah adalah dua hal berbeda yang masing-masing tentu harus dipertanggungjawabkan.
1. Finansial
Mau tidak mau, ketika tekad kita sudah kuat ingin kuliah atau menikah, kita harus memastikan pemasukan kita. Contoh saja ketika kita memutuskan lanjut kuliah dulu, apakah biayanya sudah ada, atau minimal pemasukan bulanan yang kita gunakan untuk biaya semester dan biaya hidup kita.
Jika orang tua menjamin ini, masih ringan, tapi jika sudah menanggung diri sendiri, maka pastikan hal ini. Jangan sampai nanti tertatih-tatih ditengah jalan yang bikin kuliahmu jadi terbengkalai.
Alih-alih mau selesaikan kuliah cepat lalu menikah, yang ada kuliah terlantar karena kurang biaya. Maka saran penulis carilah beasiswa yang saat ini banyak tersedia untuk jenjang S2, contohnya beasiswa LPDP yang menanggung semuanya, seperti biaya kuliah, belanja bulanan, buku, dan penelitian. Lain kali penulis akan share ya karena penulis juga merupakan awardee LPDP.
Lalu, bagaimana jika saya memilih menikah lalu kuliah?
Jika calon suami sudah bekerja dan memberi dukungan untuk kuliah, silakan menikah saja. Tapi ingat, dukungan disini bukan hanya tentang materi, bukan hanya tentang biaya kuliah karena kalau menggunakan beasiswa tak perlu pusing, tapi dukungan moril juga, karena nanti suamipun akan kena dampak dari keputusan ini. Apa dampaknya? Nanti ada dipoint berikutnya.