Pernah mendengar cetusan:
"Jogja ditinggal ngangeni, ditunggoni ora sugih-sugih"?
Kalimat ini kurang lebih memiliki arti sangat sulit meninggalkan Jogja, tetapi juga tidak mudah bertahan hidup di Jogja.
Terdapat dua klausa dalam kalimat tersebut; "Jogja ditinggal ngangeni" dan "Jogja ditunggoni ora sugih-sugih".
Pada artikel ini, saya akan lebih membahas klausa pertama. Jika harus menengok ke klausa kedua, seperti yang kita tahu, UMR beberapa kabupaten di provinsi DIY adalah yang terendah di seluruh Indonesia dengan nominal di bawah 2 juta. Banyak dalih yang mengatakan karena biaya hidup di Jogja yang juga rendah. Beberapa orang merasa cukup dengan gaji tersebut, beberapa merasa sangat kurang, dan beberapa mengatakan 'dicukup-cukupkan'. Mari kita serahkan kepada masing-masing pribadi karena kebutuhan setiap orang pun berbeda-beda.
Seperti yang saya katakan, di sini saya akan membahas apakah memang benar Jogja senyaman dan se-istimewa itu hingga banyak orang merasa berat meninggalkan provinsi ini dan memilih salah satu yang saya sebutkan di atas, hidup dengan dicukup-cukupkan.
Memang benar, beberapa teman saya yang harus meninggalkan kampung halamannya untuk menempuh pendidikan di Jogja, mengatakan Jogja merupakan tempat yang benar-benar nyaman. Mereka pun merasa sangat sedih ketika harus meninggalkan Jogja setelah lulus. Beberapa bahkan memilih untuk mencari kerja di Jogja karena sudah terlalu nyaman.
Hal lain yang membuat saya cukup kaget adalah saat teman saya mengatakan, "Saya ini perantau. Sudah beberapa tempat saya singgahi, tapi Jogja memang berbeda. Saya merasa sangat berat saat harus meninggalkannya. Padahal saat meninggalkan kota lain, saya tidak seperti ini". Teman saya yang lain pun tak kalah mengagetkan. Katanya, "Entah ada apa dengan Jogja. Rasanya selalu ingin kembali ke sini. Ada sesuatu yang membuatnya istimewa".
Mengapa saya kaget? Sebagai warga asli Jogja, saya tidak terlalu menyadari bahwa tempat ini benar-benar istimewa, sebelum perkataan mereka menyadarkan saya. Setelah cukup berpikir, akhirnya saya menyadari apa yang menjadikan Jogja se-istimewa ini. Sebelumnya, izinkan saya menjelaskan bahwa dalam artikel ini saya tidak akan membahas keistimewaan Jogja dari segi pemerintahan berdasarkan undang-undang, melainkan ‘keistimewaan’ lain yang dirasakan oleh sebagian besar orang yang pernah tinggal di Jogja.
Mari kita lihat. Provinsi DIY memiliki luas 3178,79 km persegi (bappeda.jogjaprov.go.id) yang bisa dibilang cukup kecil dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia. Sekarang mari kita tengok apa yang ada di sini.