Lihat ke Halaman Asli

Bermain Layangan

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketika SD dulu, ada beberapa permainan favorit yang biasa saya mainkan bersama teman-teman. Permainan tersebut antara lain bermain layangan, bermain gundu atau kelereng dan beradu kuat biji karet dimana kesemuanya itu merupakan permainan yang cukup menguras emosi dan adrenalin namun semuanya terkalahkan oleh riang dan gembiranya hati.

Yang ingin difokuskan pada tulisan kali ini adalah tentang bermain layangan. Dalam bermain layangan, setidaknya diperlukan dua orang, satu sebagai leader yang bertugas mengendalikan jalannya layangan dan yang satu sebagai wingman yang bertugas mempersiapkan flight layangan serta menggulung kenur.

Sebagai persiapan tempur mengadu layangan, diperlukan layangan yang handal dimana dulu merek 'Waspada' sangatlah terkenal akan kestabilan dan performa terbangnya. Selain itu juga diperlukan alat tempur utama berupa glassan atau kenur yang tajam dimana ada dua jenis glassan yaitu jenis lilit dan babat. Selain itu faktor alam berupa arah angin bertiup menjadi faktor strategis yang cukup menentukan bagi arah kemenangan pertempuran. Dengan kita bisa memanfaatkan arah angin bertiup, maka speed atau kecepatan babat menjadi meningkat berkali lipat.

Di kampung saya tinggal, dalam berjalannya pertempuran layangan di udara, seseorang dapat dikatakan sebagai seorang 'ace' atau 'jagoan' apabila mampu memutuskan benang kenur musuh lebih dari 5 lawan. Yang lebih mendapat penghargaan lebih tinggi lagi adalah apabila mampu membelit-memutuskan-dan membawa ghanimah (rampasan perang) berupa layangan lawan dengan selamat sampai ke base.

Dalam berjalannya situasi pertempuran di udara, biasanya terjadi 'dogfight' yang ketat, saling kejar mengejar dan melakukan manuver-manuver tertentu seperti menukik, menyamping, dan menghindar. Teriakan suporter pun biasanya membahana memecah hening pertempuran. "Awas!", "tarik!", "ulur!", "sikat!" adalah kata-kata yang umum digunakan.

Kegembiraan pun pecah apabila berhasil mengalahkan lawan, dan tambah lengkap lagi dengan mengejar-ngejar layangan lawan yang putus untuk dijadikan koleksi kemenangan ataupun untuk dijadikan aduan kembali.

Sebuah kisah memori masa lalu yang indah untuk dikenang, dimana kini hanya berharap permainan itu dapat kembali sebagai bunga tidur, dimana seorang anak kecil dalam dunianya yang indah dan damai sedang bersukaria bermain layangan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline