Siapa sangka di tengah padat dan panasnya Kota Surabaya terdapat hutan mangrove yang berperan penting sebagai paru-paru dunia, habitat flora dan fauna, pengendali bencana, sekaligus menjadi tempat wisata. Diantara banyaknya hutan mangrove yang ada di Indonesia, salah satu yang menarik adalah Ekowisata Mangrove Wonorejo yang beralamatkan di Jl. Wonorejo Timur No.1, Wonorejo, Kec. Rungkut, Kota Surabaya, Jawa Timur.
Sebelum dibuka untuk umum, Ekowisata Mangrove Wonorejo merupakan wilayah hutan bakau dengan luas 500 hektar. Bakau-bakau liar tak terawat tumbuh subur di bagian pesisir timur Wonorejo ini. Pohon-pohon bakau yang ada sempat ditebang oleh sekelompok warga karena dirasa tidak ada manfaatnya.
Setelah terjadi aksi penebangan, kemudian muncullah aksi-aksi nyata dari pegiat-pegiat lingkungan di Surabaya. Bakau-bakau liar mulai ditata rapi seseuai dengan zona-zona bakau di perairan. Setelah itu, pada tahun 2007 Mangrove Wonorejo disahkan menjadi kawasan konservasi oleh pemerintah kota Surabaya. Dan barulah kemudian pada tahun 2008, Mangrove Wonorejo pertama kali dibuka untuk umum sebagai wisata rekreasi dan edukasi.
Saat ini, Mangrove Wonorejo memiliki luas 200 hektar, yang didalamnya ditanami beraneka ragam pohon bakau seperti Akar Tanjang (Rhizophora), Api-Api (Avicennia Alba), Pidada Merah (Sonneratia Caseolaris), dan masih banyak lagi. Pohon-pohon bakau ini tumbuh subur, sehingga menjadikan kawasan wisata terlihat hijau dan membuat udara terasa sejuk.
Untuk jam operasionalnya sendiri, Ekowisata Mangrove Wonorejo dibuka mulai pukul 08.00 hingga 15.00 WIB, baik saat weekdays maupun weekend. Harga tiket yang dipatok juga tergolong murah, yakni Rp. 25.000,- untuk orang dewasa dan Rp. 15.000,- untuk anak-anak.
Saat berkunjung, kita akan disuguhkan dengan pemandangan alam berupa hijaunya hutan mangrove dan birunya langit. Selain itu, kita juga dapat merasakan sensasi serunya naik kapal menyusuri sungai. Kapal ini menjadi perantara penting, karena kita bisa sampai ke kawasan hutan mangrove apabila menggunakan kapal. Mustahil untuk berjalan kaki atau menggunakan kendaraan lain, karena ada sungai besar yang memisahkan antara area loket (yang juga menjadi pintu masuk dan pintu keluar) dan area wisata (hutan mangrove).
Di atas kapal, angin sepoi-sepoi siap menyambut dan membuat kita merasa terobati setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh. Pohon-pohon bakau di sepanjang aliran sungai juga seakan ikut menari-nari mengikuti hembusan angin yang kencang.
Burung-burung cantik yang senantiasa terbang di sekitaran kapal membuat indahnya pemandangan menjadi semakin komplit. Sehingga belum lengkap rasanya apabila kita tidak mengambil foto saat berada di kapal.
Setelah melewati sungai dengan jarak 5 km selama 15 menit, kita akan diturunkan di dermaga yang terbuat dari bambu. Untuk selanjutnya, kita bisa melakukan perjalanan dengan berjalan kaki di sepanjang jembatan yang juga terbuat dari bambu dengan diiringi rindangnya pohon-pohon bakau yang ada. Jika beruntung, kita bisa bertemu dengan spesies hewan langka yang ada di hutan ini, seperti monyet ekor panjang, bajing kelapa, burung cangak merah, dan hewan-hewan khas hutan bakau yang lain.
Selama berjalan-jalan di atas jembatan, kita bisa melihat berbagai jenis pohon bakau dan luasnya lautan lepas. Keindahan pemandangan alam yang ada sangat cocok untuk dijadikan sebagai latar belakang untuk kita berfoto-foto ria. Tak hanya itu, di sekitaran lokasi juga tersedia spot-spot foto yang bagus dan beraneka ragam bentuknya.
Di sepanjang perjalanan juga tersedia gazebo-gazebo yang dibangun di pinggir pantai yang bisa kita singgahi untuk beristirahat ataupun untuk menyantap makan siang. Gazebo-gazebo yang ada ini cukup luas, sehingga cukup untuk menampung orang banyak. Saat sudah merasa puas berjalan-jalan, kita bisa kembali ke dermaga untuk menunggu penjemputan kapal, sehingga kita bisa kembali ke area loket untuk pulang.