Lihat ke Halaman Asli

Lingkaran Keakraban

Diperbarui: 26 Juli 2023   16:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: artikula.id

Jika kau pernah menonton serial kartun Spongebob Squarepants, kau pasti tahu satu episode di mana mereka dikejar beruang laut, lalu Spongebob dan sahabatnya, Patrick, membuat lingkaran di sekitar kaki mereka untuk melindungi diri dari ancaman beruang laut. Mirip seperti itu, aku membayangkan setiap orang punya lingkaran yang mengelilingi kaki mereka. Namun, bukan untuk melindungi diri dari binatang buas, melainkan dijadikan radius untuk mengukur seberapa mudah orang tersebut akrab dengan manusia lain.

Ukuran lingkaran itu bermacam-macam. Semakin besar lingkarannya, semakin mudah akrab dengan orang lain, dan begitu pun sebaliknya. Bahkan ukurannya bisa berubah seiring waktu. Lingkaran milikku pun ukurannya bertambah satu sampai dua sentimenter setiap tahunnya.

Tapi, kenapa ukuran lingkaran miliknya masih sama ya, sejak dulu?

Aku mengenalnya sudah lama, tapi baru-baru ini aku jadi semakin memperhatikan dia. Segala hal tentangnya mulai menarik atensiku. Cara dia berpakaian, film apa yang dia suka, dan lagu apa yang dia dengar. Lingkaran miliknya pun tak luput dari perhatianku.

Ketika berkenalan untuk pertama kali, kulihat lingkarannya berukuran kecil, sama seperti milikku. Namun saat aku bandingkan dengan saat ini, lingkaranku sudah bertambah jauh lebih besar, sedangkan lingkaran miliknya masih sama. Dia pasti tipe orang yang selektif memilih orang untuk masuk ke lingkarannya.

Aku bisa tidak ya, masuk ke dalam lingkarannya?

Melihat interaksinya dengan teman dekatnya, membuatku terkadang berkhayal tentang apa yang akan terjadi jika aku berhasil masuk ke lingkarannya. Topik apa yang akan kami bicarakan, film apa yang akan kami tonton, atau makanan apa yang akan kami coba.

Aku ingin mencoba dekat dengannya. Tapi, rasanya sulit sekali. Lebih tepatnya sih, aku tidak tahu bagaimana caranya. Melihat tidak banyak kesamaan pada diri kami, membuatku bingung harus mulai dari mana. Bertatapan mata dengannya saja aku grogi, apalagi kalau mengobrol.

Hmm, mungkin aku harus mencoba lebih berani. Aku harus mengambil satu langkah besar--kurasa 'lompatan' adalah kata yang tepat untukku dan kaki pendekku--untuk mendekat padanya. Kebetulan, Sabtu esok ada festival di taman kota. Aku mau mencoba untuk mengajaknya ke sana. Tidak sepenuhnya yakin akan berhasil, tapi aku tidak mau menyesal karena tidak pernah mencoba.

Dia menoleh ketika kutepuk bahunya. "Sabtu mau pergi ke festival gak?", tanyaku.
"Mau.", jawabnya.
"Berangkat sendiri atau bareng temen?"
"Kayaknya sendirian. Kenapa?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline