Lihat ke Halaman Asli

Inovasi! Mahasiswa UM Kembangkan Alat Pemanen Cacing Otomatis

Diperbarui: 30 Mei 2018   07:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Budidaya cacing tanah sangat diminati dan menawarkan hasil yang menjajikan . Hal ini dikarenakan permintaan pasar terhadap cacing tanah cukup tinggi, baik digunakan untuk makan ternak, obat-obatan maupun untuk bahan tambahan kosmetik-kosmetik ternama. 

Di kota Malang sendiri telah marak adanya peternak cacing tanah, salah satunya CV RAJ Organik yang bertempatkan di Sukun, Malang. CV RAJ organik melakukan budidaya cacing tanah secara mandiri dan menerima pasokan dari peternak lainnya kemudian menyalurkan kepada instansi-instansi yang terkait. Dalam seharinya, rata-rata cacing tanah yang terkumpul mencapai 1-2 ton.

Dalam budidaya cacing tanah ini, hasil panen berbanding lurus dengan banyaknya pekerja yang ada. Sebab dalam pemanenan cacing sejauh ini masih menggunakan teknik manual, yaitu dengan memanaskan gumpalan tanah berisi cacing & media di bawah terik sinar matahari. Hal ini akan mendorong cacing bergerak menuju bagian bawah media, lalu para pekerja akan membalik media tersebut dan  mengambil kumpulan cacing yang berada disana.

Oleh karena itu, lima mahasiswa Universitas Negeri Malang mencoba merancang alat untuk memudahkan pemanenan dalam budidaya cacing tanah. Alat ini dinamakan DWHC, singkatan dari Distributed Water Heater-Cooler. Nama ini diambil dari cara kerja alat, yang memanipulasi penyebaran panas dalam tanah, menggunakan pemanas serta pendingin air. 

"Alat kami memanfaatkan karakter alami dari cacing yang cenderung menuju tempat yang lebih dingin dan lembap." Papar Yetti, salah satu anggota Tim DWHC. Secara umum, DWHC dirancang menggunakan pipa alumunium yang dirangkai sedemikian rupa, dengan suhu yang dijaga konstan. Suhu dari pipa alumunium ini akan mempengaruhi suhu dari tanah, sehingga cacing akan bergerak ke tempat yang lebih dingin. Pada bagian tanah yang dingin, ditempatkan jaring untuk memisahkan tanah dengan cacing, sehingga cacing dapat terpanen secara otomatis.

 "DWHC menggunakan pemrogaman berbasis Mikrokontroler untuk menjalankan komponen-komponennya secara otomatis. Sehingga diharapkan dengan pemakaian alat ini, hasil panen akan meningkat, karena sudah tidak menggunakan cara manual lagi" tutur Juarendra, salah satu anggota Tim DWHC.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline