Perfilman Indonesia sudah mencapai puncak kemajuan sastra dan budaya, seperti halnya baru-baru ini jagad hiburan tanah air dikejutkan oleh rilisnya series netlix yang berjudul Gadis Kretek, dibintangi artis papan atas Ibukota seperti Dian Sastrowardoyo, Ario Bayu, Ibnu Jamil, Ine Febrianti dan masih banyak lagi.
Gadis Kretek merupakan novel sastra dari rekaan karya Ratih Kumala. Novel tersebut mengungkapkan beberapa penggambaran keadaan feminisme dan romantisme tokoh utama dalam menapaki kehidupan yang bersampingan dengan para petinggi PKI pada saat itu. Ratih Kumala mengemas novel tersebut dengan sangat menggemaskan dan memunculkan emosional yang tinggi. Apalagi jika menyangkut asmara dari tokoh utama sebagai kaum feminisme yang berjuang menyamakan gender.
Tokoh utama dalam novel tersebut bernama Jasiyah atau pembaca menyebutnya dengan Jeng Yah. Dia merupakan anak dari pengusaha rokok ternama dan tenar di kalangan PKI. Sebut saja Jeng Yah mempunyai ketertarikan tersendiri dalam mengolah ramuan rokok yang disebut Gadis Kretek. Berkat kelihaiannya dalam merekatkan lintingan rokok Jeng Yah terkenal dan bertemu dengan kekasih pujaan bernama Radja.
Misteri hubungan dua remaja tersebut mengalami pasang emosi yang naik turun karena keadaan yang terjadi. Penggambaran kesetaraan gender dan feminisme terjadi ketika Jeng Yah mampu memimpin perusahaan keluarganya dengan baik. Tokoh Dasiyah yang lincah dan berdedikasi tinggi, ada pula kedaaan bahwa wanita juga harus berjuang dan tidak boleh menerima keaadan dan nasib, jadi harus menentang terhadap sesuatu yang membuat mereka rugi karena sejatinya wanita juga harus bersuara.
Keterlihatan tokoh utama dalam novel tersebut juga mengungkapkan bahwa sosok wanita jawa merupakan putri yang digambarkan dengan sosok yang elegan, berpengatahuan luas, ramah, ayu, dan memiliki lengkungan senyuman yang khas seperti keraton jawa yang anggun dan bermartabat. Wanita jawa pada zaman dahulu sangat mengedapankan rasa sopan santun dan etika yang tinggi, mempunyai kebijksanaan yang tinggi dan mempunyai sifat mulia dan terpuji.
Pendekatan feminisme dalam membentuk perubahan karya sastra yang maju akan memberikan dampak positif bagi pembaca, karena pembahasan terkait feminisme dan kesetaraan gender akan terus di persoalkan dikemudian hari dan akan terus mendapatkan wadah oleh semua perempuan dalam menyuarakan suara yang tidak didengar dan terabaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H