Lihat ke Halaman Asli

RIZKA FARADILAH KURNIAWATI

MAHASISWA UIN Sunan Ampel Surabaya

Laut Bercerita, Kisah Pilu Seorang Mahasiswa Aktivis sebagai Penggambaran Karya Sastra Klasik dan Emosional

Diperbarui: 17 Juni 2022   09:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Laut Bercerita, novel Leila S. Chudori yang sampai saat ini menduduki best seller pertama di beberapa toko buku dan market place -utamanya di gramedia, memang tidak salah untuk kita koleksi di rak buku kita. Pengalaman membaca buku tersebut waktu saya berada di ambang kelas akhir SMA, tetap membekas di benak saya hingga saat ini.

Beberapa waktu lalu terdapat wawancara oleh salah satu mahasiswa Sastra Indonesia UIN Sunan Ampel Surabaya dengan saudara Rizal, "Laut Bercerita belum familiar di mata khayalak pecinta sastra. Jika saya tidak mengikuti sebuah perlombaan menulis cerpen tentang 'penghilangan paksa' yang diselenggarakan oleh organisasi HAM (KONTRAS), saya juga tidak akan mengenal buku itu saat itu. Mungkin saya baru akan mengenal buku itu sekarang, saat menjadi best seller nomer satu". Tuturnya. 

"Walaupun hanya sekelas fiksi. Buku itu saya jadikan referensi besar-besaran untuk cerpen saya. Meskipun, saya tidak memenangkan lomba itu, karena notabene-nya saingan dari lomba tersebut dari penulis-penulis papan atas. Namun saya tidak merasa rugi mengikuti lomba itu karena saya bisa bertemu dengan buku yang begitu spektakuler kala itu". Sambungnya. 

Penggambaran perihal begitu represifnya zaman orde baru terlihat begitu jelas pada karya sastra tersebut. Sebagai penikmat sastra, sebagus apapun cerita-cerita yang gumuli, jarang bahkan tidak pernah merasakan emosi yang begitu keras menyentak hati. Dari bagaimana karakter Laut bersama teman-temannya harus berada di dalam sel yang sama sekali jauh dari kata manusiawi, sampai akhir cerita di mana Ibu dan pacar Laut tetap bersiteguh berbaik sangka bahwa Laut akan segera kembali, bagian yang -jujur- cukup membuat menderai sebagian air mata. 

Karya itu begitu klasik dan emosional. Novel tersebut bisa dikatakan sebagai novel sejarah. Dan tugas sebuah novel sejarah adalah memaparkan jalan sejarah dengan fiksi. Dan benar, khazanah pengetahuan bisa lebih diperuncing mengenai bagaimana para golongan aktivis yang berusaha memberontak rezim orde baru diburu yang diinterpretasikan melalui sosok Laut, bagaimana kegiatan 'kamisan' ada, sampai detail penyiksaan para aparat dijelaskan dengan lihai dalam Laut Bercerita. Saya menjadi lebih tau bagaimana jalan sejarah itu berjalan saat membaca Laut Bercerita, daripada harus membaca buku diktat PPKN dan Pancasila. Tak salah, bila Laut Bercerita menjadi buah karya Leila yang begitu sukses, hingga karya tersebut dijadikan sebuah film pendek dengan membawa aktor sekelas Reza untuk memerankan Laut dalam cerita tersebut. Sebuah kefatalan bila novel itu tidak masuk dalam sejarah sastra Indonesia. Laut Bercerita adalah mahakarya dalam sejarah sastra Indonesia, patut berbangga dengan perkembangan dunia sastra saat ini yang mampu menyajikan alur menarik dan inspiratif bagi minat pembaca. So, untuk kamu yang mencari buku karya sastra terbaik "Laut Bercerita" buku yang paling di rekomendasi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline