Lihat ke Halaman Asli

Arlishaa

Pelajar

Kebencian atau Kepercayaan?

Diperbarui: 28 Oktober 2024   09:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Munafik!"

 "Aku ingin berdua tanpa dirinya."

 "Tidak bisakah ia tidak menjadi sumber masalahnya?!"

                                 Bahkan cermin persegi itu kurang besar untuk dirinya. Diri bukan sumber masalahnya, namun dia.   Tak ingin tahu

 menahu kesalahanya, seonggok masalah terlimpah pada jiwa lemah, sungguh miris dirinya.  Dulu topengnya sangat tebal, diri bahkan 

tak menyadari kepalsuan indah itu.  Ia tutup mata, bahkan telinga, masalah kepercayaan yang terganggu. Tak ada yang bisa kupercaya

 sekarang, semuanya penuh 'Kepalsuan.'

                                Aparat yang di banggakan, mulut demi mulut tentang aparat yang sungguh keparat. Aku tak membencinya hanya tak

 menyukainya. Selalu turut campur dalam diriku, memprovokasi diri untuk terlihat semakin jelek di hadapannya. Andai saja aku bisa

 merobek lembar demi lembar kebajingan dirinya, akankah masih di banggakan 'Aparat' bertopeng itu.

 
                            Lelaki yang penuh senyum Pepsodent terkadang menyimpan sayatan tajam tusuk oden. Hingga wanitanya, pergi kesana

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline