Lihat ke Halaman Asli

Rizky Fauzi

Wakil Ketua III Bidang Kerjasama, Kemahasiswan dan Alumni STIKOM Inter Studi

"Daring yang Bikin Boring"

Diperbarui: 29 Mei 2022   07:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejatinya Manusia adalah makhluk sosial, dimana satu sama lain saling membutuhkan, saling berinteraksi dan bertukar informasi secara langsung, kebiasaan - kebiasaan ini selalu di lakukan secara tatap muka atau langsung, sehingga itulah esensi menjadi manusia seutuhnya, karena dapat bersosialisasi dengan manusia lainnya.

Perkembangan teknologi ke arah digitalisasi mendorong perubahan yang sangat luar biasa dari kebiasaan yang sudah ada tersebut, baik saat interaksi biasa sehari - hari, sampai interaksi pada saat hari besar keagamaan dan lainnya, kegiatan silaturahmi atau pertemuan secara langsung tatap muka mulai berkurang, digantikan oleh pesan singkat dan juga tatap maya (daring).

Secara sadar atau tidak sadar, budaya kita pun ikut berubah, cara berinteraksi berubah, perhatian ke orang-orang dekat berubah, ke teman berubah, interaksi di kantor berubah, dan juga banyak hal-hal lain yang kita sadari atau tidak kita sadari semuanya berubah, di sisi lain teknologi mendekatkan yang jauh, tapi di sisi lainnya menjauhkan yang dekat. Ini jadi masalah atau kah tidak tergantung bagaimana sudut pandang anda yang melihatnya.

Perlahan tapi pasti, segala aktifitas kita mulai beradaptasi dengan kemajuan teknologi digital, teknologi gadget yang maju, melahirkan tools atau alat komunikasi yang canggih, melahirkan platform baru yang memudahkan interaksi kita tanpa harus tatap muka, seperti penggunaan WhatsApp, Snapchat, Instagram maupun aplikasi atau platform lainnya, semuanya dapat membantu kita berinteraksi secara tatap maya.

Kegiatan belajar mengajar pun di sekolah dan universitas pun sekarang tidak lepas dari penggunaan gadget dan aplikasi teknologi yang ada, apalagi saat covid 19 melanda, semua kegiatan belajar mengajar wajib menggunakan tools digital, Social distancing di gaungkan, semua akses tatap muka terbatas, diarahkan ke tatap maya yang tanpa batas, kebosanan anak didik atau peserta didik bersosialisasi tanpa tatap muka harus jadi perhatian, meski beberapa sekolah sudah melaksanakan pertemuan tatap muka, masih ada sebagian sekolah dan sebagian besar kampus atau universitas yang masih melakukan tatap muka terbatas.

Suka atau tidak suka inilah kenyataan kita pada hari ini, kita nyaman dengan gadget kita, dan secara sadar semua aktifitas yang kita di dukung oleh tools digital, hari ini kita punya ketergantungan yang besar dengan alat tersebut, sehingga kita bukan lagi disebut sebagai makhluk sosial, tapi makhluk sosial media.

Kecenderungan ini menurut saya, bisa sangat berbahaya, jika kita, baik orang tua, guru, dosen, pemerintah maupun pihak-pihak terkait, tidak membatasi penggunaan teknologi digital ini, kenapa? Karena jika kita tidak batasi bisa jadi, budaya bangsa kita akan digantikan oleh budaya bangsa lain, budaya Tepo selero, tenggang rasa mulai pudar, digantikan dengan budaya individualis, bodo amat dan budaya - budaya yang bukan menjadi cerminan bangsa kita.

Ditambah bisa jadi lahirnya lost generations, yakni generasi yang kalah, yang tidak mampu mengadaptasi diri pada dunia nyata, karena sibuk pada dunia Maya, jika kita hubungkan dengan proses belajar mengajar, bahwa belajar dengan tatap maya atau daring tidak akan seefektif dalam hal tatap muka ( luring), kenapa? Karena ada hambatan transfer knowledge disitu, tidak adanya sentuhan, kehangatan interaksi secara langsung, tatapan, diskusi yang bersemangat, pertemuan yang berarti, pertemanan yang hangat, sosialisasi yang nyata dan banyak hal - hal yang tidak d dapat di tatap maya.

Memang semua diserahkan ke masing-masing individu untuk membatasi itu, tapi juga di ingat tidak semua individu punya pengetahuan yang sama, sehingga peran - peran sesama individu, pendidik dan juga pemerintah perlu untuk memberikan edukasi kepada kebanyakan masyarakat yang belum paham, efek panjang dari ketergantungan kepada teknologi digital.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline