Lihat ke Halaman Asli

Riza Zulmi Nur Amalia

thinking bigger

Kemunduran Ilmu Pengetahuan dan Filsafat dalam Islam

Diperbarui: 7 November 2021   06:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://islamkaffah.id/filsafat-islam-filsafat-arab-atau-filsafat-muslim/

Agama yang sangat menganjurkan kepada pemeluknya untuk senantiasa berpikir untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yakni agama Islam. Maka dari itu, salah satu karakteristik dunia Islam ialah menguasi dengan kuat terhadap ilmu pengetahuan dan filsafat hingga tercapainya puncak kejayaan. Dalam istilah lain, yang menjadi kiblat ilmu pengetahuan adalah dunia Islam.

Pemikiran dunia Islam mengalami suatu kemajuan yang hebat dalam rentang waktu antara abad VIII dan abad XIII yang memberikan hasil nyata pada Eropa merupakan suatu fakta historis.

Namun, kejayaan tersebut hilang bersamaan dengan dihancurkannya pusat studi Islam di Baghdad oleh bangsa Mongol. Tak hanya itu, Penyebab lain mundurnya ilmu pengetahuan dan filsafat juga dikarenakan faktor internal umat Islam. 

Hal itu terwujud dalam perbedaan antara fuqaha dan sufiyah serta Mu'tazilah dan Asya'ariyah. Pemikiran islam mengalami kemunduran setelah abad XIII Masehi hingga saat ini.

Alam sebagai laboratorium dari kekuasaan Allah, umat Islam selalu dianjurkan untuk melihat dan mempelajari kenyataan-kenyataan tersebut. Jadi, tidak heran jika pada abad-abad lampau umat Islam telah berjasa dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat.

FAKTOR-FAKTOR KEMUNDURAN ILMU PENGETAHUAN DAN FILSAFAT DALAM ISLAM

Praktis kebudayaan Islam mengalami vakum pada abad ke-13 M, setelah serbuan bangsa Mongol atas Baghdad dan proses peralihan kekuasaan dari Islam ke Kristen di Spanyol serta usainya perang salib. Semuanya terhenti bahkan beberapa sektor runtuh.

Faktor yang melatar belakangi kevakuman itu ialah sebagai berikut

  1. Unsur Arab tersisihkan oleh unsur Persia dan Turki.
    Yang menjadi kebudayaan Islam pada awal masa pertumbuhannya dan pada fase pengembangannya ialah unsur Arab. Namun, orang-orang Persia mulai menghidupkan bahasa dan kebudayaannya dan enggan mengembangkan kebudayaan Arab. Selain itu, kedudukan ilmu dan kebudayaan Islam merosot karena bersifat aristokrat, tidak merakyat, dan hanya terbatas kalangan keluarga kerajaan. Pada sisi lain, kemerdekaan berfikir dan berijtihad yang searah dengan aliran Mu;tazilah telah terbelenggu. Demikian pula pada kedinamisan aqidah dan kepercayaan yang lama kelamaan menjadi statis seiring dengan perkembangan aliran Asy'ariyah yang menggeser metode aqli menjadi metode naqli. Khalifah Mutawakkil melindungi paham Asy'ariyyah yang bertentangan dengan kebijakan Khalifah al-Ma'mun yang melindungi paham Mu;tazilah yang berakibat tercerminlah dalam kebudayaan yang maju berkembang menjadi vakum dan kehilangan daya kreasinya.
  2. Kemusnahan pusat kebudayaan Islam
    Buku-buku yang merupakan khazanah penyimpanan dan pewarisan kebudayaan Islam dari beberapa Abad sebelumnya dimusnahkan oleh serbuan bangsa Mongol. seiring dengan itu, persaingan antara paham-paham dan aliran-aliran keagamaan yang makin lama makin tajam serta buruk terjadi. Masing-masing bersikap tertutup serta mengagungkan apa kebaikan dan kebenaran yang terdapat dalam alirannya, maka terjadilah selisih paham antara fuqaha dan sufiyah, antara Mu;tazilah melawan Asy'ariyyah atau antara pengikut Syiah dengan pengikut Sunni, antara Syafi'iyah dan Hanafiyah atau antara Hanabilah dan madzhab-madzhab lainnya.

Kehancuran dan kemunduran yang dialami oleh umat islam, terutama dalam bidang kehidupan intelektual dan material, secara drastis beralihnya pusat-pusat kebudayaan  dari dunia Islam ke Eropa, menimbulkan dampak rasa lemah diri dan frustasi di kalangan masyarakat muslim. Hal ini menyebabkan merekan mencari landasan dan pegangan hidup yang lebih bisa mengarahkan kehidupan mereka. Maka, secara meluas pemikiran tradisionalisme dalam Islam mendapat tempat di hati masyarakat. Segala sesuatu kepada Tuhan, segalanya telah dikehendaki Tuhan.

Nama             : Riza Zulmi Nur Amalia

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline